Penulis : Yuliska Labawo
Pantai KM 5: Potensi Wisata Pesisir yang Membutuhkan Sentuhan Berkelanjutan
Luwuk, Kabupaten Banggai – Pantai KM 5, salah satu destinasi favorit wisatawan di Luwuk, menyimpan potensi besar sebagai ikon pariwisata pesisir. Namun, di balik keindahannya, kawasan ini menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan modern dan kelestarian lingkungan. Sebagai seorang birokrat di Dinas Pariwisata dan penggiat pariwisata berkelanjutan, saya melihat pentingnya langkah konkret untuk memastikan Pantai KM 5 tetap menjadi destinasi yang mendukung kesejahteraan ekonomi, sosial, dan ekologi.
Transformasi Pantai KM 5: Dari Pasir Putih ke Modernisasi
Dahulu, Pantai KM 5 dikenal dengan hamparan pasir putihnya yang luas, tempat anak-anak bermain pasir, berenang dan masyarakat menikmati alam. Namun, seiring waktu, modernisasi dan regulasi penataan pesisir telah mengubah wajah pantai ini. Kini, kawasan ini dihiasi bangunan permanen dan infrastruktur pendukung wisata, menggantikan sebagian besar area pasir putih yang menjadi daya tarik utamanya.
Modernisasi ini memang membuka peluang ekonomi baru, tetapi juga memunculkan tantangan dalam menjaga daya dukung lingkungan. Tanpa pendekatan pariwisata berkelanjutan, Pantai KM 5 berisiko kehilangan keunikan ekologisnya yang menjadi daya tarik utama wisatawan.
Pelestarian Ekosistem Pesisir
Kondisi pesisir Pantai KM 5 yang didominasi permukaan berbatu membutuhkan langkah pelestarian yang disesuaikan dengan karakteristik lingkungan. Penanaman mangrove tidak lagi memungkinkan di area ini, tetapi vegetasi lokal seperti ketapang dapat menjadi solusi. Selain mengurangi abrasi, vegetasi ini memberikan naungan alami dan memperkaya ekosistem dengan habitat bagi burung dan serangga.
Dengan pendekatan ekologis dan teknis, kawasan ini dapat dioptimalkan untuk mendukung fungsi ekosistem sekaligus meningkatkan daya tarik wisata. Kombinasi vegetasi alami dengan program restorasi habitat dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat daya dukung lingkungan.