Mohon tunggu...
Anom Qurohizin
Anom Qurohizin Mohon Tunggu... mahasiswa

hai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hasil Resume dan Respon dari Artikel Bapak Study Rizal LK,MA.

25 September 2025   08:07 Diperbarui: 25 September 2025   08:07 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Pada pertemuan ketiga mata kuliah Pendidikan Pancasila, mahasiswa diberikan tugas untuk membuat resume sekaligus memberikan tanggapan atas artikel yang ditulis oleh Bapak Study Rizal di Kompasiana. Artikel tersebut membahas Tragedi Affan Kurniawan: Wajah Komunikasi Kekuasaan yang Represif. yang kemudian semakin membuat geger masyarakat.

Artikel Bapak Study kali ini mengangkat kisah tragis Affan Kurniawan, seorang driver ojek online yang tewas terlindas mobil Brimob di tengah situasi demonstrasi. Peristiwa ini tidak bisa dilihat hanya sebagai kecelakaan, karena di baliknya ada makna besar soal cara negara berkomunikasi dengan rakyat.

Kehadiran Barracuda di jalan bukan sekadar kendaraan, tapi simbol intimidasi yang menunjukkan bagaimana kekuasaan bekerja di ruang publik. Tragedi ini kemudian viral di media sosial. Video amatir yang beredar membuat publik melihat bahwa negara gagal melindungi warganya. Media sosial pun jadi ruang perlawanan, di mana masyarakat bisa melawan narasi dominan dan mengkritik aparat. Bahkan, kedatangan Kapolri dengan tangisan dan permintaan maaf pun dipandang ambigu: bisa menyentuh sisi kemanusiaan, tapi juga bisa dibaca sebagai strategi simbolik untuk menenangkan situasi. Publik sekarang sudah lebih kritis mereka tidak lagi puas hanya dengan simbol, tapi menuntut akuntabilitas nyata.

Kesimpulan:
Kematian Affan memperlihatkan rapuhnya hubungan negara dan rakyat. Negara masih sering memakai bahasa kekerasan, sementara masyarakat sudah punya ruang digital untuk melawan dengan narasi tandingan. Kalau negara benar-benar ingin mendapat kembali kepercayaan publik, maka ia harus berhenti berbicara dengan intimidasi, dan mulai membangun komunikasi yang lebih manusiawi dan dialogis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun