Transformasi Bias Gender di Televisi: Tantangan, Dampak, dan Peran Penonton dalam Mendorong Kesetaraan
Media massa, salah satunya televisi, memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk opini publik dan memengaruhi pandangan Masyarakat terhadap berbagai isu, termasuk isu gender. Meskipun kita hidup di era dimana kesetaraan gender semakin menjadi perhatian global, namun masih banyak hal-hal yang perlu diperhatikan terkait bias gender yang ada di televisi. Hal ini bukan hanya menciptakan representasi yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan, namun juga dapat memperkuat stereotype dan norma-norma sosial yang tidak sehat.
Perjalanan panjang kesetaraan gender telah memberikan kemajuan yang cukup signifikan dalam masyarakat. Namun, ruang lingkup televisi seringkali menjadi wadah yang masih menampilkan ketidaksetaraan gender. Salah satu bentuk bias gender yang sering muncul dan mencolok di televisi adalah stereotype peran gender yang ketinggalan zaman, dimana perempuan seringkali digambarkan dalam peran-peran tradisional seperti ibu rumah tangga, sekretaris, atau bahkan objek seksual, sementara laki-laki sering digambarkan dalam peran sebagai pemimpin, petualang, atau pekerja keras. Meskipun perempuan telah banyak membuat kemajuan yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk di dunia professional dan public, televisi seringkali belum sepenuhnya mencerminkan kemajuan ini. Hal ini tidak hanya menciptakan pandangan yang sempit tentang peran gender, tetapi juga memperkuat norma sosial yang tidak sehat dan cara pandang kita terhadap peran dan karakteristik masing-masing jenis kelamin.
Salah satu contoh kasus bias gender yang ada di televisi adalah pada iklan-iklan yang ditayangkan. Seperti iklan sabun cuci piring, perempuan digambarkan sebagai peran yang mengurus pekerjaan rumah dengan segala macam produknya. Padahal, tidak semua produk rumah tangga dan pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh perempuan, namun banyak produser iklan televisi yang menggunakan perempuan sebagai model pada tayangan iklannya. Contoh lainnya dalam iklan televisi adalah pada iklan mobil yang pengemudinya seringkali diperankan oleh laki-laki. Hal ini menimbulkan stereotype bahwa laki-laki dianggap lebih berkompeten atau lebih sesuai sebagai pengemudi atau pemilik mobil, Representasi laki-laki sebagai pengemudi dapat juga menciptakan citra bahwa mobil adalah simbol kemandirian dan kebebasan, dan stereotip bahwa laki-laki lebih terkait dengan nilai-nilai tersebut.
Tayangan televisi seperti sinetron juga sering kali menampilkan peran dimana laki-laki lebih berkuasa, laki-laki sebagai pemimpin, dan laki-laki yang dapat mengatur perempuan dengan semena-mena. Salah satu contoh sinetron yang menayangkan hal tersebut adalah sinetron berjudul "Aku istrimu, bukan boneka hidup yang bisa kau atur". Pada beberapa scene yang ditayangkan pada sinetron tersebut banyak sekali diskriminasi dalam karakterisasi merujuk pada praktik atau kecenderungan dalam membuat dan menggambarkan karakter yang tidak adil atau tidak seimbang. Terdapat scene dimana seorang suami tiba-tiba membuang pakaian-pakaian yang ada di lemari istrinya dengan alasan bahwa pakaian-pakaian istrinya tersebut sudah kuno dan ketinggalan zaman sehingga suami tersebut ingin mengganti pakaian-pakaian istrinya dengan pakaian yang lebih modern. Selain itu juga terdapat scene dimana suami tersebut tiba-tiba membawa istrinya ke klinik kecantikan untuk melakukan perawatan dan merubah beberapa penampilan istrinya secara visual. Ketika istrinya menolak, suami tersebut marah dan mengatakan bahwa istrinya harus menuruti apa yang diperintahkan oleh suami. Pada scene tersebut suami juga menyebutkan bahwa ingin merubah istrinya menjadi boneka yang dia inginkan. Tampak sekali pada sinetron ini suami tersebut ingin merubah penampilan istrinya secara total dan istri digambarkan sebagai seorang perempuan yang harus selalu menuruti apa saja yang diinginkan oleh laki-laki.
Acara talk show di televisi juga seringkali menampilkan humor seksis yang tidak jarang merendahkan perempuan atau bahkan meremehkan salah satu jenis kelamin. Salah satu contohnya, acara talk show di televisi yaitu "Ini Talk Show" dimana pada saat itu menghadirkan salah satu bintang tamu yang Bernama Nora. Pada saat acara dimulai para host membahas tentang operasi pada tubuh. Pada saat diberikan pertanyaan kepada bintang tamu, Bintang tamu tersebut menjawab bahwa bagian tubuhnya yang tidak asli hanyalah di bagian dada. Para host laki-laki yang mendengar jawaban bintang tamu tersebut langsung menampakkan ekspresi yang berbeda serta senyuman yang aneh. Salah satu host juga menanyakan kepada host lain "Kenapa melotot?" dan kemudian diikuti dengan tertawa.
Dari beberapa permasalahan bias gender yang kita temui diatas mencerminkan ketidaksetaraan dalam representasi gender di media, khususnya pada media televisi. Beberapa teori yang dapat digabungkan dalam beberapa permasalahan tersebut antara lain :
Sebagai salah satu media utama, televisi memiliki tanggung jawab besar dalam membentuk pandangan dan memberikan contoh bagi masyarakat. Dampak dari bias gender di televisi ini sangat besar dan meluas. Pertama, karena hal ini dapat mengokohkan pandangan tradisional tentang peran gender, membatasi pemahaman kita mengenai keragaman manusia. Kedua, dapat mempengaruhi perkembangan identitas gender anak-anak yang terpapar oleh media tersebut. Ketiga, memberikan kontribusi pada ketidaksetaraan gender dalam masyarakat dengan memperkuat norma-norma patriarki.
Mengatasi bias gender di televisi bukan hanya tentang menciptakan representasi yang lebih seimbang, tetapi juga tentang menciptakan perubahan budaya yang lebih luas. Pentingnya menganekaragamkan peran gender dalam media televisi tidak hanya untuk mencerminkan realitas sosial, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pemberdayaan dan kesetaraan. Produser, penulis skenario, dan pembuat kebijakan perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk menghindari bias gender dan memastikan representasi yang adil dan setara di layer kaca televisi.
Dalam hal ini, penonton juga memiliki peran yang penting. Meningkatkan kesadaran terhadap bias gender di televisi, memberikan dukungan pada program-program yang mengusung nilai kesetaraan adalah langkah-langkah yang dapat diambil oleh penonton untuk ikut berkontribusi dalam mengubah pola pikir yang sudah tertanam mengenai bias gender.
Dalam hal ini, penonton juga memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi dan mengubah bias gender di industri televisi. Beberapa Langkah-langkah yang dapat diambil oleh penonton untuk ikut berkontribusi dalam mengubah pola pikir yang sudah tertanam mengenai bias gender adalah :