Mohon tunggu...
Annisa ArinilHaq
Annisa ArinilHaq Mohon Tunggu... Mahasiswa - PLS FIP UNP

bukan seorang profesional

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Rumah Bukan Hanya Sekadar Bangunan

27 Mei 2023   22:51 Diperbarui: 27 Mei 2023   22:54 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Bagi kebanyakan orang definisi rumah itu hanya sekedar bangunan yang bisa dijadikan tempat tinggal tapi tidak bagi saya definisi rumah lebih dari itu, rumah bagi saya adalah tempat tumbuh kembang, tempat berlindung, sebagai tempat teraman dan juga sebagai tujuan akhir ketika saya merasa sedih, kecewa, senang dan bahagia. Rumah akan selalu jadi tempat pulang mau sejauh manapun kaki saya melangkah nantinya saya akan kembali lagi ke "rumah".

Dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia di sebutkan Keluarga yaitu terdiri dari ibu bapak dengan anak-anaknya,satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujud kan kehiduapn yang tentram,aman, damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak sekaligus keluarga merupakan madrasah pertama bagi seorang anak dimana oranng tuanya menjadi peran sebagai guru pertama dari anaknya. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga,menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47).

 Tapi bagi kebanyakan orang rumah (keluarga) adalah tempat yang harus ia hindari bahkan tak ingin ia kunjungi lagi karena didalam rumahnya terlalu berisik dan tidak bisa menjadi tempat pulangnya lagi, entah karena permasalahan orang tua yang egois sehingga anaknya yang menjadi korban atau permasalahan lainnya yang menyebabkan rumah itu sudah tidak nyaman lagi.

Tapi menurut KPAI banyak anak yang terlantar akibat konflik dari orang tua sehingga terjadinya pengabaian hak-hak anak yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya dan juga dapat membuat anak menjadi pribadi yang mudah pemarah, agresif, dan tidak peka akan dunia yang ada di sekitarnya sehingga anak tersebut akan di cap anak yang nakal dan bandel tanpa memperhatikan faktor apa penyebab hal tersebut terjadi pada diri sang anak.

Bagi Gen Z kejadian tersebut dinamai dengan istilah "broken home" dimana memiliki arti suatu keluarga yang tidak harmonis lagi sehingga harus mengalami perpecahan di dalamnnya. Perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma karena kurang adanya perhatian, kasih sayang atau salah satu dari orang tua yang tidak ikut serta dalam proses tumbuh kembang dari pendidikan anaknya, sehingga anak tersebut akan merasa kehilangan salah satu figure teladan yang seharusnya menjadi panutan dalam perilaku moral anak sesudah perceraian, menuntut peran ganda dari orang tua untuk memperhatikan pendidikan moral anak,sehingga anak dalam bersikap tidak merasa kehilangan sosok panutan teladan dalam hidupnya. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kasus broken home tersebut, yaitu:

1. Perceraian orangtua

Perceraian kerap menjadi faktor utama yang membuat kondisi rumah tangga dikategorikan broken home. Perpisahan antara sepasang suami dan istri meninggalkan memori yang buruk dan mendalam bagi anak-anak. Mereka bingung harus memilih untuk tinggal bersama ayah atau ibu mereka, belum lagi stigma ataupun sudut pandang negatif yang ada di masyarakat begitu lekat pada keluarga yang mengalami perceraian.

2. Ketidak dewasaan orangtua

Orangtua yang memiliki egoisme dan egosentrisme kerap bertikai satu sama lain. Egoisme adalah suatu sifat buruk pada diri manusia yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. Sifat seperti itu bisa jadi dikarenakan adanya luka batin yang dialami orangtua saat kecil dan belum terselesaikan hingga dewasa

3. Tidak adanya tanggung jawab dalam diri orang tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun