Mohon tunggu...
Anne Tobing
Anne Tobing Mohon Tunggu... Proses Belajar

Menulis dengan bahasa yang ringan saja.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jelantah Jadi Cuan

29 Januari 2025   21:41 Diperbarui: 29 Januari 2025   22:30 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jelantah dan Uang (Sumber: dokumentasi pribadi)

Setiap bulan saya membeli minyak goreng 4 liter dan itu akan habis dikonsumsi dalam satu bulan. Saya sering menggunakannya untuk menggoreng telur, ikan, daging, kentang, kerupuk, dan menumis. Saya tidak menggoreng setiap hari namun setiap sekali atau maksimal 2 kali pakai, minyaknya tidak saya pakai lagi. Minyak yang tidak dipakai ini lagi dinamakan minyak jelantah atau used cooking oil (UCO). Kemana perginya minyak jelantah saya? Kalau dulu, itu saya buang, kadang ke tempat sampah, kadang ke tanah atau malah ke wastafel. Saya sadar bahwa dengan membuangnya ke tempat-tempat tersebut akan beresiko merusak lingkungan namun saya tidak tahu lagi kemana harus menyingkirkannya sedangkan saya tidak mau menggunakannya lagi. Lalu saya mengumpul-ngumpul minyak jelantah itu di dalam dua jerigen ukuran 5 liter. Saya sih masih tidak tahu mau kemana minyak itu saya buat, namun, agar saya tidak merusak lingkungan terus-menerus, ya saya kumpul saja di wadah itu.

Sampai suatu hari saya membaca satu artikel bahwa jelantah tersebut dapat didaur ulang menjadi sabun, lilin, cairan pembersih lantai dan biodiesel. Suatu hari saya scroll-scroll instagram saya, dan muncul iklan Rumah Limbah Indonesia @rumahlimbah Di sana ada tertera kontaknya dan menariknya isi iklan tersebut "JELANTAH JADI RUPIAH". Saya gercep chatting dengan adminnya melalui aplikasi WhatsApp dan langsung dibalas. Saya tanya-tanya adminnya, jelantah ini akan dibuang atau dijadikan apa? Karena tujuan saya adalah mengeluarkan jelantah dari rumah saya ke tempat yang tepat. Pihak admin Rumah Limbah Indonesia menjelaskan pada saya bahwa jelantah tersebut akan dijual ke luar negeri yang akan dijadikan menjadi biodiesel. Untuk menyakinkan lagi,  saya mengunjungi IG mereka dan melihat postingan-postingan tentang minyak jelantah ini, dan ternyata benar, mereka membeli jelantah ini sebagai solusi penanganan limbah.

Tak hanya itu, saya juga searching di Internet tentang manfaat jelantah. Dari pencarian tersebut, saya menemukan website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang menulis," Minyak goreng bekas atau yang dikenal dengan minyak jelantah (used cooking oil/UCO) berpotensi memiliki nilai pasar yang tinggi. Minyak jelantah berpeluang untuk diolah menjadi biodiesel yang dapat digunakan menjadi subtitusi minyak solar bagi mesin diesel untuk sektor transportasi maupun industri. Minyak jelantah untuk biodiesel itu bukan hal yang baru di dunia. Dan menurut Koordinator Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi, Effendi Manurung, mewakili Direktur Bioenergi, pada webinar Mengenal Potensi dan Dampak Minyak Jelantah yang digelar waste4change kemarin (16/3/21)., "Jika minyak jelantah ini dikelola dengan baik dapat memenuhi 32% kebutuhan biodiesel nasional. Memiliki peluang unutk dipasarkan baik kedalam dan keluar negeri serta hemat biaya produksi 35 % dibandingkan dengan biodisesel dari CPO (crude palm oil) serta mengurangi 91,7% emisi CO2 dibanding solar".

Saya akhirnya memutuskan untuk menjual minyak jelantah saya yang  saat itu sudah 10 liter; dua jerigen; yang saya kumpul-kumpul selama beberapa bulan. Saya menghubungi kembali pihak Rumah Limbah Indonesia dan mengatakan saya bersedia menjualnya. Adminnya meminta saya mengisi form data saya dan foto minyak jelantah. Keuntungan lainnya, mereka mau menjemput ke rumah kita dan menimbangnya bersama. Lalu mereka membayarnya. Wah, mujur sekali kan? Saya yang dulunya merasa bahwa minyak jelantah tidak berguna dan tidak tahu mau dikemanain jadi dapat solusi plus dapat cuan pula. Akhirnya sejak saat itu, saya makin semangat mengumpulkan minyak jelantah.

Hari ini minyak jelantah saya sudah terkumpul lebih dari 10 liter. Saya menghubungi kembali Rumah Limbah Indonesia, namun, sayangnya saat ini mereka hanya melayani di lokasi Jabodetabek  tidak di kota Medan lagi. Saya sedikit kecewa. Lalu saya lihat-lihat lagi instagram dan tiba-tiba muncul iklan Jelantahku yang khusus melayani di Medan. Tanpa menunggu waktu, saya menghubunginya dan seperti sebelumnya saya tanya lagi untuk apa mereka membelinya. Mereka ternyata punya misi yang sama dengan Rumah Limbah Indonesia. Tanpa ragu, saya juallah 12 liter minyak jelantah saya hari ini. Sambil menyelam minum air, Jelantah didaur ulang, Bumi tidak rusak, saya pun dapat cuan dan cuannya jadi emas hahahha . Beruntung sekali kan? Jika anda memiliki jelantah di rumah, jangan dibuang ya. Kumpul saja dulu, lalu juallah pada pihak yang tepat untuk mendaur ulangnya. Dengan melakukan hal kecil ini, kita sudah berpartisipasi menjaga bumi kita ini. Semoga bermanfaat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun