Mohon tunggu...
Annabeth Zhou
Annabeth Zhou Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Film

"Satu Suro", Sebuah Kisah Pengingkaran Janji

25 Februari 2019   10:08 Diperbarui: 14 Maret 2019   08:54 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film Indonesia yang rilis pada tanggal 31 Januari dan tayang perdana pada tanggal 7 Februari ini menambah daftar deretan film horor yang diremake di Indonesia. Film ini bercerita akan kepercayaan kuno masyarakat jawa, pada tanggal 1 suro berdasarkan kalender Jawa, lebih tepatnya saat malam hari, adalah hari raya para iblis.

Adinda (Citra Kirana) yang berperan sebagai wanita yang sedang hamil tua, karena masalah finansial, bersama suaminya, Bayu (Nino Fernandes) menempati sebuah rumah tua pemberian pamannya.

Di awal cerita, penonton disuguhkan dengan adegan thriller yang cukup berdarah-darah. Saat salah satu pasien Rumah Sakit Asri bernama Lastri muncul dan mengamuk sembari membawa benda tajam kecil yang saya anggap sebagai pisau bedah. Dari adegan ini penonton pasti akan tahu betul jika Lastri merupakan peran yang sangat berpengaruh dalam cerita film kedepannya. 

Walaupun saya awalnya hanya beranggapan bahwa tokoh Lastri merupakan pasien gangguan mental yang kabur dan mengacak-acak Rumah Sakit-bahkan melukai hampir seluruh petugas kesehatan-di film ini, perkiraan akan kepekatan hubungan antara Lastri dan pemeran lain akan begitu mudah ditebak.

Jalan cerita yang mengambil plot twist cukup berhasil menambah ketegangan penonton. Puncak konflik yang semakin greget menurut saya adalah saat Dinda dan Bayu berada pada tempat yang sama persis tapi tidak dengan dimensi mereka. Mulanya adegan ini terlihat mirip seperti pshychological game yang hanya akan membingungkan penonton. Tapi justru itulah bagian terbaik dari film ini.

Satu persatu kejanggalan akhirnya terungkap setelah ada beberapa kilas balik peristiwa tentang Ayah dan Paman Bayu yang dimasa lalu pernah terikat sebuah perjanjian dengan para iblis. Memang tak ayal perihal harta dan tahta lah yang masih gencar diincar oleh manusia dari dulu hingga peradaban modern seperti saat ini. 

Adanya pengingkaran janji oleh Ayah Bayu lah yang menyebabkan para iblis mengejar-ngejar bayi mereka yang baru lahir, untuk ditarik sebagai tumbal dan bayaran atas jasa yang mereka berikan untuk Ayahnya dimasa lalu. Unsur agama terlihat saat Bayu yang mulanya tidak tertarik akan hal-hal berbau religi, malah dengan tiba-tiba melantunkan adzan untuk bayi mereka.

Jumpscare yang dihadirkan menurut saya masih tergolong biasa. Karena sebelum menonton saya sudah paranoid dengan judul film ini dan antisipasi berlebihan akan ketakutan yang mungkin akan saya rasakan selama film diputar, membuat mental saya sedikit terlatih dan tidak terlalu terkejut akan isi film yang beberapa alurnya masih bisa ditebak.

Seperti saat Dinda memotong-motong buah-seingat saya melon-dan memasukannya ke dalam blender, kamera terus-menerus menshoot pisau yang tergeletak setelah digunakan lebih dari 2 kali, dan itu memaksa penonton untuk fokus terhadap pisau yang pasti akan mengalami hal janggal yang mudah ditebak. Atau saat adegan Dinda memuntahkan sesuatu yang aneh, itu pun hanya sekedar mimpi yang sudah terpikirkan oleh penonton.

Pelajaran moral yang dapat kita petik dari film ini adalah, tentang pengingkaran janji itu sendiri. Iblis disini sepenuhnya tidak bersalah. Ayah Bayu lah yang memulai untuk tidak mematuhi aturan yang diberikan iblis untuk perjanjian mereka, yaitu dengan tidak menyerahkan Bayu sewaktu bayi karena alasan tidak tega dan malah mengorbankan dirinya sendiri, memaksa kita berpikir untuk menyalahkan iblis yang sebenarnya hanya datang untuk menagih hutang dan haknya.

Untuk kategori horor, film ini masih bisa ditonton saat malam hari tanpa takut akan sulit tidur dan terus terbayang-bayang akan nenek bertampang seram ataupun pemilik warung yang berpupil aneh, sisi seramnya cenderung monoton dan biasa. Demikian review pribadi dari saya, saya beri rating 2 dari 5.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun