Mohon tunggu...
Anna Melody
Anna Melody Mohon Tunggu... -

Melihat dari sudut pandang berbeda...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

(Friday Ideas-5) Bom Waktu Bernama BPJS Kesehatan - Bagian 2

18 Maret 2016   15:36 Diperbarui: 20 Maret 2016   06:42 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti semua berdebat berapa% cukainya, nanti banyak PHK, dll. Tidak perlu kuatir PHK, karena dengan adanya mesin produksi otomatis, seharusnya phk itu sudah terjadi sejak lama, tenaga kerja manual "sengaja" tetap dipakai untuk dijadikan "senjata" menakuti2 kita setiap ada rencana perubahan kebijakan. Kalau tetap berani PHK, Pemerintah justru harus menambahkan Cukai Lapangan Kerja Baru, wkwkwk...

Menurut data IDI tahun 2011, biaya untuk 3 penyakit rokok, yaitu ppok, jantung dan kanker paru 39,5 Trilyun/tahun. Belum penyakit komplikasi lainnya dan keluarganya. Hitung semua itu berapa, katakanlah 100 Trilyun/tahun, maka bagi dengan jumlah rokok beredar yaitu 362 milyar batang rokok diproduksi di tahun 2015, maka secara kasar hanya butuh cukai Rp 300/batang!

Cukai rokok ini sebenernya bisa dimanfaatkan lebih daripada itu, cukai ini bisa dianggap membantu rakyat miskin menabung, yang kembali ke rakyat dalam bentuk fasilitas kesehatan-pendidikan-lapangan kerja. Hanya dengan penambahan cukai Rp 300/batang, negara mendapatkan Rp 100Trilyun/tahun, mari kita bayangkan yang indah-indah :

  • Rp 300 untuk Perokok dan Keluarganya - mengcover penyakit perokok dan keluarganya
  • Rp 300 untuk Infrastruktur Kesehatan - ribuan RS, alat, beasiswa kedokteran berlimpah, industri kesehatan Malay dan Sing dijamin dalam 5 tahun kolaps, hahaha...
  • Rp 300 untuk Infrastruktur Pendidikan - ribuan sekolah, universitas, teknologi & material multimedia, jutaan gadget dan akses internet dibagikan, guru berkualitas (mau bikin puluhan Harvard dalam sekejappun bisa, hahaha).
  • Rp 300 untuk Biaya Pendidikan Rakyat Miskin - wajib belajar hingga kuliah, gratis tis tis!
  • Rp 300 untuk Lapangan Kerja Baru - 100 Trilyun bisa membuka jutaan lahan pertanian = puluhan juta lapangan kerja baru =kemiskinan dan pengangguran berkurang drastis =mau swasembada apapun juga bisa! 

Total hanya perlu cukai Rp 1.500/batang = kita sudah mendapatkan 500 Trilyun/tahun untuk menrevolusi fasilitas kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja baru di Indonesia, dalam sekejap mata kita akan menjadi negara maju!

Ingin bermimpi lebih indah?

  • Mimpi tol laut, tambahkan saja Rp 300, ratusan kapal besar langsung ready
  • Mimpi drone, satelit, alat pertahanan? Tambahkan Rp 300
  • Dst. tambah sendiri mimpi pemerintah dan kita apa, hehehe.. (jangan menggunakan cukai persentase, karena akhirnya masuk cukai umum/tidak jelas untuk apa).

Harga Rokok di Malaysia saat ini 15-17 Ringgit per Pak atau sekitar minimal Rp 4.500/batang. Jadi ditambah cukai Rp1500/batang, kita masih jauh lebih murahdari Malaysia, apalagi di Sing harga rokok 2x Malay.

Lha kalau harga mahal, nanti jumlah konsumsi batang rokok pasti menurun dan tidak bisa 500Trilyun/tahun? 50% nya saja juga sudah OK kok. Seandainya jumlah batang rokok yang beredar menurun, bukankah rakyat kita makin sehat?

Pabrik rokoknya rugi donk? Tidak, katakanlah mereka sekarang profit Rp500/batang, bila jumlah batang rokok yang terjual turun 50%, tambahkan saja profit Rp 500 lagi pada harga jual. Mau lebih untung tambah Rp 1000 pun ok ok aja.

Rakyat makin sehat karena konsumsi menurun..

Pemerintah dapat cukai banyak untuk kesehatan, pendidikan, lapangan kerja baru..

Produsen rokokpun profitnya tetap bahkan boleh kalau mau profit lebih banyak..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun