Ketika membaca event Blog Competition "Dayakan UMKM" di Kompasiana, saya langsung meminta anak saya mengundang Julius Sathya, sosok milenial inspiratif di belakang dapurfit, untuk sebuah wawancara eksklusif yang akan saya sajikan bagi rekan Kompasianers yang budiman.
Joe, saya ingat Dapurfit sempat berpartisipasi dalam gerakan "Nutrisi Garda Terdepan" (NGT) di awal merebaknya pandemi COVID-19 di Indonesia. Bisa ceritakan sedikit tentang pengalaman itu?
Menjawab pertanyaan ini, kita kembali ke awal diberlakukannya physical distancing, sekitar bulan April. Saat itu, banyak message yang berseliweran di media sosial, yang mengimbau orang untuk "di rumah saja" dan mendesak pelaku usaha menghentikan kegiatannya. Kesannya, bisnis yang tetap buka itu TEGA, membiarkan karyawan berada dalam risiko terpapar COVID-19.
Nah, ini sempat bikin kami takut brand image kena impact. Aku sempat berpikir mungkin ada baiknya dapurfit tutup sementara. Tetapi, pas aku briefing karyawan, semuanya mohon-mohon untuk tetap bisa kerja. Bahkan supirku bilang istrinya suruh dia mempertahankan pekerjaannya at any cost.
Karena tetap buka, karyawan harus ada aktivitas kerja, sementara permintaan turun drastis. Jadi kami coba buat campaign DONASI 1600 box makanan bersama gerakan "NGT", membantu menyediakan makanan bagi para tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan dalam melawan COVID-19 di Indonesia.
Ternyata, ada banyak donatur yang tergerak ikut menyumbang. Melalui gerakan tersebut, kami bisa kasih awareness kepada masyarakat bahwa beberapa pekerjaan (termasuk penyedia makanan sehat) itu VITAL dan gak bisa ikutan tutup.
Tadi kamu katakan, permintaan turun drastis. Berapa besar dampak COVID-19 terhadap bisnis kalian?
COVID-19 ini impact-nya parah! Kantor dan sekolah tutup. Banyak yang stop ngekos, stop dapurfit. Work from home, stop dapurfit. Di awal COVID-19 merebak, kami langsung loss 50% market. Setelah itu selama 5-6 minggu, tiap minggu turun 10%.
Maret-April, kami rugi Rp400 jutaan. Seperti yang aku sampaikan tadi, kami sempat berpikir mau tutup sementara. Tapi ada 4 alasan yang membuat kami mengurungkan niat itu:
- Karyawan lama yang sudah ikut dari 2012, minta tetap kerja dan ini bikin kasihan.
- Karyawan yang masih single dengan sukarela mengundurkan diri, dengan harapan yang sudah berkeluarga bisa tetap kerja.
- Banyak customer dengan kebutuhan medis, kami gak bisa just stop begitu saja.
- Sayang kalo tutup sementara, brand awareness-nya hilang, orang lupa.
Banyak Customer dengan kebutuhan medis. Ini mengingatkan saya pada slogan "Healthy Served Tasty". Apa makna di baliknya dan dapat inspirasi dari mana?
Waktu kami baru mulai (2012) sampai 2016, bahkan sampai sekarang, mayoritas orang mikir kalo mau sehat itu harus diet yang gak enak, yang tawar. Mau badan bagus harus diet tawar-tawar, rebus-rebus.