Sebenarnya tulisan ini mau saya tulis saat lebaran kemarin. Karena ketumpukan aktifitas. Sehingga tidak mood lagi menulisnya.
Namun karena tadi pagi sarapannya lontong sayur. Saya mencoba menuliskan kembali. Untuk mengerjakan tugas latihan menulis dari the writers.

Ibu Kah nama penjualnya. Jualan lontong sayur di Pasar Kedungpring Lamongan. Tidak mudik kalau belum mencicipi makanan ini.
Hanya dengan lima ribu rupiah. Harga satu bungkus lontong sayur ini. Itu sudah bikin perut sangat kenyang.
Jarang orang beli satu bungkus. Kadang tiga, lima, seringnya puluhan. Untuk sarapan satu keluarga.
Lokasinya di lorong pasar. Berjajar pedagang lontong yang lain. Tapi tempat ini yang paling ramai. Beda rasanya.
Habis sholat subuh sudah buka. Sudah beberapa yang antri. Apalagi saat hari raya. Waktunya orang pulang kampung. Berangkat belinya habis subuh, jam 7 an baru dapat giliran.
Memang bukan masakan khas Lamongan asli. Namun ciri khasnya kalau disini ada tempe di tepung rempenyek. Gimbal tempe namanya.
Rasanya agak pedas. Yang berasal dari sayur lodehnya. Meskipun harganya lima ribu. Tapi porsinya termasuk jumbo.
Bagi yang orang asli sini. Hampir selalu menyempatkan beli saat pulang kampung. Menikmati masakan desa tempat tinggal mereka. Selingan masakan orang tua yang tiada duanya itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI