Mohon tunggu...
Anjas Prasetiyo
Anjas Prasetiyo Mohon Tunggu...

Belajar dari Anda Semua

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Prosesi Adat Mane’e; Perlambang Cinta Laut Masyarakat Kakorotan-Intata

3 Juli 2015   10:42 Diperbarui: 3 Juli 2015   10:42 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://1.bp.blogspot.com/-zLi3JwsYeu8/UcC8wTnAslI/AAAAAAAAA7Y/TLEfN7xHLgg/s1600/menyiapkan-janur.jpg

Acara puncak Mane’e dimulai sehari sebelum hari pelaksanaan. Seorang Ratumbanua atau tetua adat setempat memimpin penyelenggaraan sebuah ritual bernama ‘Malahaan’ sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan. Pada ritual ini, semua perlengkapan yang akan digunakan dalam acara puncak Mane`e didoakan, seperti perahu dan tali hutan yang telah dililit janur. Tak ketinggalan, sejumlah warga pilihan yang akan terlibat langsung dalam prosesi tersebut juga diberikan restu agar diberi kekuatan.

Perlengkapan acara adat berupa tali mendapat perhatian khusus dari penyelenggara. Karena unsur ini menjadi jantung dari prosesi itu. Tali yang digunakan haruslah diambil dari dalam hutan oleh beberapa orang kampung Kakorotan-Intata. Mereka kemudian bertugas merangkai penggalan-penggalan tali yang diambil dari hutan tersebut menjadi sebuah tali yang panjang. Tali dengan panjang sekitar 600 meter ini lantas dililit dengan janur dari ujung hingga pangkal.

Pada hari pelaksanaan, tali serupa jaring ikan tersebut dibentangkan di daerah perairan yang telah ditentukan sebelumnya dengan perahu untuk membentuk setengah lingkaran. Beberapa pria ditunjuk untuk menggerak-gerakkan lilitan janur dan secara perlahan mendorongnya ke perairan yang lebih dangkal. Ikan-ikan akan mengikuti arah tarikan jaring tersebut menuju pantai di mana para warga telah berkumpul.

Sebelum menangkap ikan di perairan dangkal yang telah dikurung dengan jaring alami tersebut, Ratumbanua melafalkan sebuah mantra dalam bahasa setempat. Dalam situasi ini, setiap peserta Prosesi Adat Mane'e dituntut ketaatannya. Mereka tak boleh gaduh sendiri agar ikan-ikan tidak terlepas kembali ke laut. Mereka hanya diperkenankan berkerumun mengitari janur dengan tenang. Masalah busana pun juga tak luput diatur; warga tidak boleh memakai pakaian berwarna merah.

https://assets.kompas.com/data/photo/2015/05/11/0941536Manee-01780x390.jpg
https://assets.kompas.com/data/photo/2015/05/11/0941536Manee-01780x390.jpg
Menangkap ikan yang digiring ke perairan dangkal (Sumber: https://assets.kompas.com/data/photo/2015/05/11/0941536Manee-01780x390.jpg)

Sampai pada waktunya, prosesi penangkapan ikan dilakukan. Ratumbanua membukanya dengan memotong ikan yang dia tangkap. Setelah itu, giliran warga untuk menangkap berbagai jenis ikan yang hidup di perairan Kakorotan-Intata. Sebut saja ikan Layar, Bawal, Barongan, Kakap Merah, Marlin Putih, Todak bahkan Hiu menjadi rebutan para warga. Ribuan ikan yang membentuk formasi renang tersebut memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan. Rasanya, alam begitu bermurah hati dalam membagi rejeki. Para warga pun dengan suka cita menangkapinya beramai-ramai.

Hasil tangkapan ikan tak boleh langsung dibawa pulang oleh warga. Namun harus dikumpulkan terlebih dahulu, kemudian baru dibagi-bagi kepada tamu dan warga masyarakat. Hal ini ditempuh untuk menerapkan prinsip keadilan mengingat perbedaan kemampuan menangkap ikan masing-masing warga. Tentunya, anak kecil dan orang tua kalah cekatan dengan orang dewasa dalam menangkap ikan. Maka, hasilnya pun akan lebih sedikit. Dengan dikumpulkannya ikan terlebih dahulu, setiap warga dijamin akan mendapatkan bagiannya secara adil. Setelah masing-masing orang mendapatkan jatahnya, mereka menuju ke pantai untuk berpesta ikan bersama.

http://xploreindonesia.com/wp-content/uploads/2015/04/manee-8_xpi.png
http://xploreindonesia.com/wp-content/uploads/2015/04/manee-8_xpi.png
Hasil tangkapan ikan anak-anak Kokorotan-Intata (Sumber: http://xploreindonesia.com/wp-content/uploads/2015/04/manee-8_xpi.png)

Prosesi Mane’e merupakan sebuah kearifan lokal masyarakat Kokorotan-Intata dalam memelihara kelestarian bahari yang patut kita contoh. Di dalamnya, mengandung nilai-nilai luhur agar kita dapat hidup selaras dengan alam di mana kelangsungan hidup kita gantungkan. Laut dipandang sebagai sumber rejeki. Oleh sebab itu, merupakan suatu kewajiban bagi manusia untuk senantiasa merawat laut. ‘Laut akan bermurah hati, bila kita baik padanya’. Sebagai sebuah perayaan sosial, Mane’e diselenggarakan dalam skala besar dengan melibatkan peran serta setiap warga. Dalam hal ini, dimensi kebersamaan dan gotong royong antar sesama warga mesti dibangun dengan kokoh untuk meyukseskan acara. Tak heran, apabila Mane’e dimaknai sebagai upaya melaksanakan sesuatu atas dasar kerja sama, kebersamaan dan persatuan oleh masyarakat Kokorotan-Intata. Mane’e merupakan sebuah Mahakarya Indonesia karena tradisi ini berakar pada olah pikir nenek moyang kita yang relevan dengan kondisi bahari masa kini.

 

Pranala:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun