Mohon tunggu...
Anjar Setio Mukti
Anjar Setio Mukti Mohon Tunggu... Mahasiswa - mulai aktif nulis lagi yuk

20

Selanjutnya

Tutup

Beauty Pilihan

Pilih Passion atau Gampang Kerja?

16 Januari 2019   13:16 Diperbarui: 16 Januari 2019   13:22 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Youthmanual

"Apa!! Jurusan sejarah, mau jadi apa? Mau kerja apa? Mending ambil hukum aja, kalo nggak kedokteran, manajemen bisnis atau apa gitu, yang gampang nyari kerja."

"Hah!! Filsafat? Sastra? Belum bisa bahasa Indonesia? Apa yang di cari?"

Itulah beberapa tanggapan dari orang-orang, keluarga, teman, hingga orangtua saya sendiri. Rasanya sudah terlalu bosan mendengar komentar orang-orang yang bertanya mengenai jurusan kuliah, lalu berakhir menjatuhkan dan menghilangkan mimpi yang sudah menjadi angan-angan.

Ketika saya memilih untuk mengambil jurusan sejarah dan filsafat sebagai opsi, mereka heran dan seakan paling tahu.  Di saat saya memberi jawaban lain, mengambil jurusan sastra Indonesia, mereka bingung yang mungkin dalam pikirannya 'orang Indonesia kok ambil jurusan bahasa Indonesia'.  Menurut saya ini sangat aneh, mungkin bagi mereka, kuliah itu esensinya adalah kerja, bukan mencari ilmu.

Inilah yang menjadi salah satu akar permasalahan serius di negeri kita. Anggapan saya, ketika para siswa tidak memiliki rasa cinta dan minat yang paling dalam terhadap sebuah bidang, ilmu hanya sebatas media untuk mencari uang. 

Ini sudah mendarah daging di Indonesia, dimana orangtua terdahulu menganggap anaknya akan sukses jika ia menjadi seorang PNS atau dokter, sebab masa depannya sudah terjamin. 

Secara tidak langsung persepsi salah ini yang membuat generasi-generasi selanjutnya tidak bisa bebas menentukan jalan hidup mereka sendiri.

Teman saya banyak yang kehilangan mimpinya hanya karena mengikuti omongan orang lain. Ada yang mencintai seni lukis, ahli dalam bidang teater, sastra, ilmu filsafat tetapi saat ia ingin melanjutkan kuliah sesuai bidangnya, ia malah dipaksa untuk menghilangkan kecintaannya.  

Hanya karena alibi 'biar gampang cari kerja' kasihan sekali. Tidak jarang juga yang berhenti ditengah jalan dan gagal.

Saya bukan bilang tidak butuh uang, munafik jika manusia tidak membutuhkan uang. Tetapi esensi belajar dan mencari pengetahuan harus didasari cinta dan minat paling dalam dari diri kita. Bukan didasari oleh uang, peluang kerja, dan mobil mewah. 

Maka dari itu namanya philosopy, berasal dari bahasa yunani yaitu philos yang artinya kebijaksanaan, dan Sophia yang artinya cinta. Esensi mencari kebijaksanaan dan pengetahuan didasari oleh rasa cinta, bukan uang dan pekerjaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Beauty Selengkapnya
Lihat Beauty Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun