Oleh Veeramalla Anjaiah
Selagi seluruh dunia menderita pandemi COVID-19 yang parah, yang telah menewaskan lebih dari 4.2 juta orang, China saat ini melakukan hal yang lebih berbahaya daripada pandemi.
Kita harus ingat bahwa COVID-19 pertama kali berasal dari kota Wuhan China pada bulan Desember 2019 dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.
China, menurut surat kabar The Washington Post, saat ini sedang sibuk dengan pekerjaan konstruksi pada lebih dari 100 silo rudal untuk rudal balistik antarbenua (ICBM) di gurun dekat Yumen, sebuah kota di provinsi Gansu, China.
Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di California telah memperoleh gambar satelit dari 119 silo, yang dapat digunakan untuk meluncurkan rudal balistik berujung nuklir. Situs baru ini terlihat mirip dengan situs peluncuran nuklir China di Mongolia Dalam.
Pembangunan silo, menurut peneliti militer, merupakan tanda yang jelas bahwa China berada di tengah modernisasi yang signifikan dan perluasan inventaris senjata nuklirnya.
"Kami percaya China sedang memperluas kekuatan nuklirnya sebagian untuk menjadi alat pencegah yang dapat menahan serangan pertama AS dalam jumlah yang cukup untuk mengalahkan pertahanan rudal AS," kata pakar nuklir AS Jeffrey Lewis kepada Washington Post.
Bom nuklir lebih mematikan daripada COVID-19 pandemi.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), China adalah satu-satunya kekuatan nuklir yang menambahkan jumlah hulu ledak nuklir tertinggi baru-baru ini di antara semua sembilan kekuatan nuklir. Saat ini, AS, Rusia, China, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel dan Korea Utara memiliki senjata nuklir.