"China menginginkan hegemoni regional Indo-Pasifik dalam waktu dekat dan, pada akhirnya keunggulan global dalam jangka panjang," kata Pentagon dalam sebuah pernyataan.Â
Dengan pandangan serupa, mantan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan bahwa China ingin mempromosikan visi otoriternya di dunia.
"China ingin menjadi ekonomi yang dominan dan kekuatan militer dunia, menyebarkan visi otoriter untuk masyarakat dan praktek korupsi di seluruh dunia," kata Pompeo baru-baru ini.
Mengenai masalah LCS, AS mengecam China karena "menindas, memaksa dan mengintimidasi" penggugat lain dari Asia Tenggara. Bahkan Indonesia yang bukan negara penggugat dalam sengketa LCS pun tak luput darinya. China berkali-kali mengirimkan kapal penangkap ikannya dengan dikawal kapal penjaga pantai ke zona ekonomi eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara untuk menangkap ikan secara ilegal. Â
AS telah mengkritik China karena menganiaya minoritas seperti Uighur, Tibet dan Mongolia di China. China telah mengintimidasi Taiwan dan menekan demokrasi di Hong Kong.
Selama konfirmasi sidang di Senat AS baru-baru ini, Sekretaris Negara AS yang baru (masih calon menlu AS saat berita ini turunkan) Antony Blinken mengatakan bahwa tempat Amerika di dunia didefinisikan dalam "kepemimpinan, kerjasama dan demokrasi". Tetapi nilai-nilai ini ditantang oleh Komunis China karena terus merangkul visi yang berlawanan tentang dunia dan semakin mengekspor model otoriternya ke seluruh dunia dan secara terbuka melakukan genosida.
Blinken mengatakan bahwa dia sepenuhnya setuju dengan kebijakan keras pemerintahan Trump terhadap China tetapi dia tidak setuju dengan metode tersebut.
"Trump benar dalam mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap China," kata Blinken.
Ia percaya, seperti pemerintahan Trump, bahwa China telah melakukan genosida terhadap Muslim Uighur.
Jadi persaingan strategis antara China dan AS, yang sudah mengakar kuat, akan terus berlanjut di masa depan. Pemerintahan Biden menjelaskan bahwa mereka tidak akan meninggalkan Taiwan, Hong Kong dan LCS. AS akan terus mendukung perjuangan Uighur, Tibet, Mongolia dan minoritas lainnya di China dalam keadilan, kebebasan, martabat dan hak asasi manusia.Â