Mohon tunggu...
Veeramalla Anjaiah
Veeramalla Anjaiah Mohon Tunggu... Administrasi - Wartawan senior

Wartawan senior

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Akankah Tujuan Wisata Benar-benar Mendapatkan Manfaat dari Peningkatan Turis China?

29 September 2020   21:52 Diperbarui: 29 September 2020   22:05 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turis dari Wuhan, China, berpose dengan pejabat Indonesia setelah tiba di bandar udara Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Walaupun banyak turis China datang ke Indonesia, pemangku pariwisata lokal tak begitu dapat banyak manfaat akibat mafia | liputan6.com

Turis China selalu tertarik pada Maladewa (42 persen) dan Nepal (32 persen). Ini adalah berkat promosi besar-besaran Nepal di China oleh Badan Pariwisata Nepal dan pemerintah China yang telah membuahkan hasil yang baik. Selain itu, situasi serupa juga terjadi bagi Bangladesh.

Tiba-tiba, turis China juga beralih ke Sri Langka selama 13 tahun terakhir. Mengapa?

China telah menjadi investor utama dalam berbagai proyek infrastruktur di Sri Langka selama periode 2007 hingga 2018. Sri Langka juga menjadi salah satu negara target BRI. Pada tahun 2007, hanya 10,000 turis China yang mengunjungi Sri Langka. Dengan peningkatan signifikan dalam hubungan keseluruhan antara China dengan Sri Langka, rekor 260,000 wisatawan China mengunjungi Sri Langka di tahun 2018.

Ada sudut pandang politik terhadap hal ini. India, kekuatan regional di Asia Selatan, memiliki hubungan dekat dengan Nepal, Maladewa, Sri Langka dan Bangladesh. Untuk mendapatkan pijakan di Asia Selatan, China telah menggunakan investasi, perdagangan dan pariwisata sebagai alat untuk meningkatkan pengaruhnya di Asia Selatan.

Teman dekat China, Pakistan, juga menjadi incaran utama turis China sebagai bagian dari China-Pakistan Economic Corridor (CPEC). Pakistan telah mempromosikan peradaban Gandhara dan beberapa tujuan pantai di provinsi Sindh dan Balochistan. Ada juga laporan yang mengatakan bahwa China sedang membangun beberapa hotel di pelabuhan Gwadar di pantai Laut Arab. Gwadar, pelabuhan laut dalam, berada di bawah kendali China.

Apakah masyarakat atau tempat wisata akan benar-benar mendapatkan manfaat dari arus turis China? Orang-orang di banyak negara, termasuk Indonesia, mengeluh tentang strategi pariwisata nol dolar China, di mana turis selalu membayar sebagian besar pengeluaran di China dan dalam mata uang China. 

Biasanya grup tur China membeli paket tur dari perusahaan yang terdaftar di luar negeri tetapi dimiliki oleh warga China dengan sedikit keterlibatan dari pemegang saham industri pariwisata lokal. Sampul tur, transportasi, hotel dan toko ritel, semua terhubung ke operator tur China, yang hanya memberikan sedikit manfaat bagi masyarakat lokal.

Turis dari Wuhan, China, berpose dengan pejabat Indonesia setelah tiba di bandar udara Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Walaupun banyak turis China datang ke Indonesia, pemangku pariwisata lokal tak begitu dapat banyak manfaat akibat mafia | liputan6.com
Turis dari Wuhan, China, berpose dengan pejabat Indonesia setelah tiba di bandar udara Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Walaupun banyak turis China datang ke Indonesia, pemangku pariwisata lokal tak begitu dapat banyak manfaat akibat mafia | liputan6.com
Bahkan pembayaran akan dilakukan dalam mata uang China atau sistem pembayaran seluler China. Misalnya, beberapa tahun yang lalu orang-orang di Bali, Phnom Penh, Bangkok mengeluhkan pariwisata China yang bernilai nol dolar, karena tidak ada pendapatan yang diperoleh penduduk setempat meskipun ribuan turis China mengunjungi tempat-tempat wisata mereka.

Biasanya, perusahaan China mendirikan atau mengakuisisi perusahaan terkait pariwisata seperti hotel, restoran, kafe dan perusahaan transportasi di tempat-tempat wisata di luar negeri pada saat atau selama puncak kunjungan turis China. Hal ini dapat kita lihat di Kamboja bagaimana orang China menguasai sebagian besar bangunan di tempat-tempat wisata. Ini juga bisa kita lihat di Sri Langka.

Pada tahun 2011, sebuah perusahaan China yang berbasis di Hong Kong membeli properti tepi pantai seharga $120 juta dari pemerintah. Banyak perusahaan China secara ilegal mengoperasikan wisma, toko, hotel, toko permata di Sri Langka, merampas pekerjaan dan peluang bisnis penduduk setempat. Pekerja dan pelajar China akan bekerja sebagai pemandu wisata bagi wisatawan China di Sri Langka, membuat pemandu wisata lokal dan legal menganggur.

Aplikasi pembayaran digital China WeChat Pay dan AN Pay dilarang di beberapa negara karena menimbulkan kerugian bagi pemerintah daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun