Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Istri Pilihan Ibu

24 September 2020   20:15 Diperbarui: 24 September 2020   20:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menjalani rumah tangga bukanlah hal yang mudah, terlebih hubunngan yang belum saling kenal sebelumnya. Tanpa ada proses pacarana, kadang dianggap terlalu kampungan dan bahkan sering disamakan dengan istilah "Beli Kucing dalam Karung." Aku secara pribadi setuju dengan menikah tanpa harus diawali pacara, karena jodoh terbaik bagi laku-laki adalah dipilihkan oleh orangtua kita.

Dan hal itu yang sedang dijalani dengan segenap kesabaran yang aku miliki, memilih menikah dengan pilihan kedua orang tua yang kutau mereka sangat mencintaiku. Istri yang bersamku setiap hari sejak sebulan genap kami menikah memiliki keunikan yang kadangkala membuat aku seperti sedang melakoni peran dalam drama komedi.

Setelah menikah kuputuskan untuk membawa serta istri tinggal di apartemen milikku, yang kebetulan ada di lantai 10 gedung diseberang kantorku. Entah dikampung mana orang tuaku menemukan istri antic untuk melanjutkan hidupku selamanya dengannya. Dan hari ini aku memutuskan untuk menulis semua tentang istriku.

"Abangggggg...! suara istriku dari dalam kamar, suara ini sebagai alarm terhadap hal baru yang belum iya ketahui tentang semua yang berhubungan dengan elektronik.

"Kenapa dek,,? jangan besar-besar suaranya, ini kan sebalahan." Pintaku pelan yang otomatis merubah wajahnya yang tadi tegang menjadi sendu.

"Maaf, ini kamar ada penguhuniya Bang, tadi pas aku buka lemari lampunnya nyala sendiri. Aku jadi takut." Sambil memeluk tanganku dan matanya menerawang melihat langit-langit kamar apartemen.

Setelah kemaren ia menangis karena dapur di apartemen tidak ada kompornya, padahal kami sudah belanja banyak sayur di supermarket di mall terdekat. Santi nama istriku yang lucu itu, aku menemui dirinya sedang duudk meratap sayur yang sudah disusun di dalam lemari pendingin. Dan ketika aku jelaskan bahwa ini adalah kompor yang bias ia gunakan untuk memasak sambil aku mengajarinya bagaimana cara mengidupkan kompor tanam dengan perangkat yang canggih itu.

Setelah kami makan siang itu, masakan istriku mampu mengalahkan restoran bintang lima yang pernah kukunjungi sebelumnya. Entah racikan apa yang ia gunakan di hari ketiga kami menginap di apatemem masakannya selalu enak di mulutku. Walaupun dengan perjuangan yang panjang, aku harus mendampingi dirinya sepanjang ia memasak karena ia merasa ketakutan dengan alat masak yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

"Abanggg... " suara wanita yang selalu membawa tawa setiap keluguan yang iya miliki berteriak lagi didalam kamar mandi.

"Kenapa lagi Istriku, mau aku temani mandinya" wajahku yang kusodorkan kedalam kamar mandi membuat dirinya kaget.

"Airnya ngak mau keluar ini lo Bang," ucapnya dalam kebingungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun