Mohon tunggu...
Anita safitri
Anita safitri Mohon Tunggu... Perawat - Menulis adalah sebuah teraphi positif untuk setiap luka

Novelis Pecinta traveling Candu kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tolong, Aku Sendirian

8 Juli 2020   11:38 Diperbarui: 8 Juli 2020   11:54 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok pribadi take by:@alsya

ANITA ALCIFA

"Cerita ini adalah kisah nyata, di tulis oleh perawat dengan izin orang tua"

"Bunda, tolong aku bun..." tangisku pecah dalam pelukan wanita paruh baya. Bunda memelukku tanpa kata-kata, ia hanya adiam melihat tubuhku yang menggigil dan seluruh badanku berkeringat. Semakin aku mencoba untuk berdiri tubuhku semakin melemah dan tidak bertenaga. Aku mencoba kuat dengan segenap tenaga yang ku miliki, sambil ku raih tangan bundaku.

Keadaan ini terus aku rasakan setiap pagi sesampai kesekolah dan samai saat ini aku belum tau apa yang aku alami. Setiap  hari aku mengadu kepada bunda dengan keadaanku, bunda hanya memiliki satu kata "sabar ya nak."

Aku ingin berbagi denganmu teman, aku adalah gadis ceria yang selalu bahagia. Namun kini kalau kalian bertemu denganku mungkin kalian juga akan sependapat dengan teman-teman yang membuliku. Aku gadis cupu yang kolot dan ngak nyambung. Mereka menyebutkan itu setiap kali melihatku dimana saja, bahkan di depan guru kelas mereka dengan lantang menertawakanku.

Sebelumnya aku adalah juara kelas yang menjadi kebanggan bunda dan ayahku. Anak pertama yang ku sandang membuat aku semakin gigih untuk mengejar impian kedua orang tuaku, karena mereka selalu berkata "jika kakak sudah berhasil, ayah bunda akan tenang setelah tiada."

Mereka adalah alasan aku belajar lebih tekun, dan berusaha lebih dari teman-temanku yang lain.  Aku memiliki beberapa teman yang baik dan perduli padaku, tapi yang membuliku lebih banyak dari pada temanku yang baik itu.

"Hei cupu, jangan sok pinter ya... walaupun juara kelas sekali jelek ya tetap jelek." Perkataan salah satu dari mereka yang selalu mengejekku.

Aku tidak pernah membalas apa yang mereka katakan padaku, karena kata bunda "jangan perduli" aku akan menghindari mereka sebisa mungkin. Setiap hari mereka sengaja mencariku untuk sekedar mengejekku, dengan kata-kata yang makin hari semakin menyakitkan. Dua minggu berlalu, keadaan tidak merubah apapun dan aku tidak tau kenapa dengan diriku. Setiap melihat mereka aku meresa ketakutan, walaupun mereka tidak mengejekku.

Melihat mereka dari jauh pun aku merasa mereka ingin mendekat dan menyerangku, tapi aku masih meneutupinya. Waktu berlalu sampai satu semester berlalu, aku tetap mendapatkan perlakuan yang sama. Sampai pada hari pembagian raport mereka sepertinya sudah mengatur agar kami betemu dan mereka bisa menyerangku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun