Mohon tunggu...
Anita Rakhmi Shintasari
Anita Rakhmi Shintasari Mohon Tunggu... Guru - Belajar untuk menebar manfaat

Sebagai seorang guru, membaca dan menulis menjadi aktivitas yang wajib dan menyenangkan tentunya. Bergabung di blog menjadi wahana untuk berlatih dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kenapa Ibu Bekerja Setiap Hari?, Mari Berkomunikasi

22 Desember 2021   14:02 Diperbarui: 22 Desember 2021   14:04 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Ibu, bilang saja sama Bapak Kepala, Ibu bekerja dirumah saja," rengek Aby. Dia sudah semakin pandai saja merangkai kata. Bahkan permintaannya akhir-akhir ini kadang bikin hati tak tega meninggalkannya. Pandemi telah membuat Aby mengenal ibunya, karena selama ini ia lebih banyak diasuh oleh ayahnya. Sejak ketentuan WFH dan WFO diberlakukan diseluruh instansi, Aby jadi tahu bahwa ada ibu yang begitu lembut dan menyayanginya. Ibu yang selalu ada untuknya. Ibu juga merasa bahagia bisa berlama-lama bercanda dengan Aby. Bisa merawat Aby sejak dia bangun sampai tidur lagi. Bahkan saking bahagianya, Ibu sering memeluk Aby dan sekedar menyapukan ciuman lembut dikening bocah lima tahun itu. 

Tetapi setelah pandemi berangsur membaik, dan aturan WFH-WFO tidak berlaku lagi, Ibu dan Ayah berjuang keras untuk memberikan pemahaman kepada Aby. Dari yang menjelaskan dengan kalimat sederhana sampai dengan sedikit keras. Beruntung Aby bisa bekerjasama. Namun demikian, karena waktu yang cukup lama WFH, tidak urung timbul tanda tanya dibenak Aby, hingga muncul pernyataan supaya ibu ijin saja kepada Bapak Kepala untuk bekerja dari rumah terus. 

Dilema yang dihadapi perempuan yang bekerja sebenarnya tidak sesederhana apa yang dialami oleh Ibunda Aby. Tidak sekedar meredakan kerewelan dan tangisan dari anak saja. Tetapi tanggungjawab yang harus diselesaikan dirumah sebelum berangkat dan sepulang dari bekerja juga tidak kalah serunya. Bahkan jika tidak pandai dalam mengelola emosi, seorang perempuan bekerja yang juga berumah tangga dan memiliki anak dapat mengalami kelelahan emosi yang lebih berat dari kelelahan fisiknya. Disamping itu, masih ditambah lagi beban pekerjaan yang harus diselesaikan dikantor.  Berpikir dan bertindak cerdas perlu dilakukan oleh perempuan yang memilih tetap berkarir diluar rumah setelah memiliki anak. Hal ini untuk menghindari stress dan konflik internal dalam dirinya. 

Perasaan bersalah pada anak seringkali menghantui dan menjadi hambatan untuk dapat mengoptimalkan produktivitas kerja. Juga perasaan-perasaan insecure lainnya. Jika anak-anak sudah mulai dapat diajak berkomunikasi ada baiknya pula untuk berdiskusi bersama, disampaikan bagaimana tugas dan tanggung jawab ibu dikantor, sehingga tidak akan muncul pertanyaan "kenapa ibu bekerja setiap hari?".

Lebih dari itu, pembagian tugas domestik dirumah antara suami dan istri juga harus dilakukan, agar beban tidak bertumpu pada istri saja. Pelibatan suami secara langsung dalam penyelesaian tugas domestik juga menjadi contoh yang baik bagi anggota keluarga lainnya terutama anak. Kerjasama dan saling mendukung perlu dilakukan agar ibu yang bekerja diluar rumah juga tetap mendapat haknya untuk berisitrahat yang cukup dan menikmati waktu luang agar tetap seimbang kesehatannya. Komunikasi antar anggota keluarga menjadi kunci untuk dapat membangun harmonisasi yang baik. Dengan komunikasi akan ditemukan solusi, meskipun ayah dan ibu bekerja diluar rumah. Dan dengan komunikasi pula maka tidak akan ada permasalahan yang tidak terselesaikan dalam keluarga. Yang pasti, ibu yang bekerja diluar rumah, tetap menjaga diri dari sikap arogan agar tidak memancing anggota keluarga yang lain merasa tidak nyaman. Saling menghargai, menghormati dan tetap saling berbagi antar anggota keluarga dapat menjadi salah satu cara untuk ibu yang bekerja menjaga kestabilan jiwa dan raganya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun