Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Zamrud Khatulistiwa

11 Agustus 2020   01:12 Diperbarui: 11 Agustus 2020   01:13 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar youtube

Masyarakat dunia tahu bahwa Indonesia terletak di cross position ; diantara dua benua dan dua samudra besar. Keberadaan Indonesia yang berada di cross position ini dipandang beberapa pihak sebagai point yang menguntungkan. Kita menyebut negara kita sebagai Zamrud Khatulistiwa; sebuah batu berharga yang terletak di garis khatulistiwa.

Zamrud Khatulistiwa itu dipandang sesuatu yang mahal; punya tanah subur dimana biji yang jatuhpun bisa menjadi tanaman yang menguntungkan. Punya hutan yang luar biasa sehingga bisa diandalkan sebagai paru-paru dunia selain hutan Amazon. Punya gunung, sungai dan laut yang bisa menjamin kelangsungan hidup penduduk selama beberapa abad.

 Namun beberapa pihak lain berpendapat bahwa posisi ini menghadapi banyak tantangan, semisal managemen sumber daya alam, bencana alam, managemen sumber daya manusia dan kejahatan antar negara  (penyelundupan, perdagangan manusia, narkotika dan terorisme). Tantangan ini semakin pelik karena kita berada di cross point itu yang memungkinkan pihak eksternal melakukannya pada dan di Indonesia.

Sebagai contoh nyata adalah hilangnya dua pulau yang dahulu berada di wilayah Indonesia, kini diklaim milik Malaysia yaitu pulau Sipadan dan Ligitan. Setelah sengketa Sipadan dan dan Ligitan muncul pula sengketa Pulau Semakau, Pulau Berhala dan pulau Sebatik.

Hal yang tak kalah penting dan menjadi tantangan besar dan berat adalah soal terorisme. Kita tahu dalam sejarah Asia tenggara, negara yang sarat dengan soal terorisme pada awalnya adalah Filipina, dimana agama Islam dijadikan tameng untuk perbuatan kekerasan melawan pemerintah negara itu yang mayoritas memeluk agama Katolik.  

Tantangan itu juga terjadi pada bangsa Indonesia, dimana terorisme menjadi hal yang aktif dilakukan oleh beberapa pihak yang punya konsep yang kurang tepat dalam melihat agama. Perbedaan yang ada di Indonesia seperti suku, agama dan ras menjadi beban bagi beberapa pihak dan mengintrepetasikan berbeda dengan cita-cita semula. Perbedaan pada konsep mereka adalah pemisah atau terpisah. Agama A terpisah dengan agama B dan C dan sebaliknya. Pada konsep mula-pula pada saat proklamasi didengungkan, tertungkap bahwa perbedaan yang ada di Indonesia mewarisi zaman Majapahit adalah satu kekayaan bagi bangsa dan itu merupakan perbedaan yang tak terpisahkan.

Jawa dengan Sulawesi, Sumatera dengan Kalimantan dan sebagainya pada hakekatnya adalah satu kesatuan; zamrud Khatulistiwa itu. Sama halnya dengan agama Islam, Kristen, Budha Kong HuChu di Indonesia adalah satu rangkaian yang tak terpisahkan.

Karena itu menjelang peringatan 7,5 dekade kemerdekaan Indonesia kali ini, sangat penting untuk memupuk jiwa kebangsaan kita untuk menjaga Indonesia. Kita mengharapkan tak ada lagi kejadian kehilangan Sipadan dan Ligitan atau kita harus menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme dari internal maupun eksternal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun