Mohon tunggu...
anita putri
anita putri Mohon Tunggu... Musisi - swasta

seorang yang sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Agama Sebagai Ruang Privat dan Toleransi Kita

27 Desember 2019   04:07 Diperbarui: 27 Desember 2019   04:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika kita terpuruk dalam kehidupan ini, kepada siapa kita mengadu dan menumpahkan uneg-uneg kita ? Sebagian mungkin akan menjawab orang tua, dalam hal ini ibu, atau yang sudah menikah adalah kepada pasangan. Tapi ada beberapa yang menjawab akan menumpahkannya kepada sahabat dekat, atau saudara dekat dan lain sebagainya.

Tetapi lebih banyak orang akan menumpahkan segala apa yang menjadi keluh kesahnya dalam doa kepada Allah. Pada shalat yang kita lakukan terselip doa terhadap sesuatu yang menjadi problema kita . Dengan berdoa, kita jujur mengemukakan apa yang menjadi problema kita dan permintaan agar bisa mengolah problema yang kita hadapi itu. Shalat dianggap manjur untuk memberikan kelegaan bagi yang bermasalah.

Dalam doa itu kita berbicara kepada Allah; berdialog dengan Zat yang memiliki nyawa kita dan berkuasa pada segenap dunia dan segala isinya. Demikian pula dengan rasa syukur atas pencapaian kita atau keluarga, melalui doa kita dapat mengungkapkan syukur.

Dari uraian ini mungkin kita kembali sadar bahwa relasi kepada Allah atau Tuhan adalah hubungan yang sangat pribadi. Pikiran atau keluh kesah kita kepada Allah dan bagaiamana kemudian Allah 'menjawab' akan doa-doa kita itu adalah ranah privat kita kepada Allah. Karena itu memang kita harus selalu menjaga hubungan kita dengan Allah semata.

Lalu kita diperhadapkan denga  orang lain yang juga melakukan kewajiban agamanya -- melakukan relasinya kepada yang Dipercayainya. Mungkin caranya berbeda dengan kita, semisal menyembah Zat tertinggi itu di Klenteng. Di Klenteng dia melakukan ritual doa sesuai dengan cara Klenteng. Di sana dia juga mengolah harapan kepada  yang Dipercayainya,sekaligus keluh kesah yang dilontarkannya.

Di sini kita melihat bagaimana masing-masing orang melakukan relasinya kepada Allah, dengan caranya amsing-masing. Cara mmbangun relasi itu sesuai dengan caranya masing-masing. Dimana batas hak kita adalah hak orang lain , sehingga dalam membangun reelasi kita kepada Allah berbatasan dengan hak orang lain dalam menyembah Zat yang dia percayainya itu.

Karena itu, sikap toleransi diperlukan di sini agar kita dapat melakukan penyembahan / relasi kita kepada Allah, disisi lain orang lain juga berhak atas relasinya kepada Zat yang Dipercayainya.  

Akhir-akhir ini banyak orang yang tidak sadar pada konsep itu relasi privat itu dan melakukan kesewenang-wenangan kepada orang lain. Kesewenang-wenangan itu baisanya pada cara orang lain membangun relasi privatnya kepada Allah yang seharusnya idak bisa diganggu oleh orang lain. Gangguan-gangguan itu bisa berupa ketidakbisaan beribadah, pengusiran atas rumah ibadah, sampai merusak ibadah yang dilakukan oleh orang lain dengan bom.

Karena itu mungkin kita harus membangun atau mengingat kembali konsep-konsep yang seharusnya kita miliki. Konsep ke atas yaitu relasi kepada Tuhan dan konsep ke samping yaitu relasi sosial kita kepada orang lain. Sudah semestinya begitu karena karena tolernasi pada hakekatnya karakter untuk menyatukan bangsa kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun