Mohon tunggu...
Anistia Nurhakim Suwardi
Anistia Nurhakim Suwardi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Hidup adalah perjalanan mengumpulkan bekal amal menuju akhirat. Bergabung kompasiana 26 Maret 2021

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendiamkan Termasuk Kekerasan Emosional

1 April 2021   10:29 Diperbarui: 1 April 2021   11:12 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Silent-Treatment, Dok Pribadi (Canva)

Pernahkah Anda merasa kesal pada seseorang? Lalu apa yang Anda lakukan?

Setiap orang punya caranya masing-masing ketika memberikan perlakuan pada orang lain, ada yang mungkin langsung mengungkapkan perasaan kesalnya, ada yang memendam, namun ada pula yang bersikap membalas dengan cara mendiamkan orang lain, dengan harapan semoga orang tersebut mengerti kesalahannya.

Ternyata mendiamkan bukanlah pilihan yang baik, karena dengan mendiamkan bisa saja orang tersebut tidak mengerti apa yang terjadi, atau bahkan tidak menyadari kesalahannya dan justru malah terluka karena diabaikan atau didiamkan. Manusiawi ketika kita merasa kesal karena ada tindakan orang lain yang tidak kita suka. Namun ada tata caranya memperlakukan orang lain, yaitu dengan berkomunikasi dengan baik, maka belajar berkomunikasi itu penting. Tak perlu mengemban bangku kuliah untuk belajar berkomunikasi, Anda bisa banyak membaca buku-buku edukasi cara berkomunikasi atau berdiskusi dengan teman Anda yang sudah paham, mendengarkan materi dari ahli psikologi ataupun belajar menganalisis dan belajar mempraktekan dari ilmu yang sudah Anda dapatkan, untuk bisa lebih memahami dan menghargai orang lain.

Mendiamkan orang lain atau disebut juga Silent Treatment bisa memberikan rasa tidak nyaman terhadap orang yang didiamkan, dan dapat mencederai. Cedera bukan hanya fisik saja, tapi mental juga bisa cedera dan bisa menyebabkan stress ataupun trauma. Zaman sekarang Silent Treatment bukan hanya secara langsung saja tapi bisa juga secara digital. Misalkan, dengan sengaja mendiamkan chat seseorang, tidak pernah membalasnya, bahkan memblokir akun seseorang yang sebelumnya pernah berkomunikasi bahkan bisa dibilang mempunya hubungan yang dekat.

Menurut Analisa Widyaningrum salah satu pakar psikolog, Silent Treatment merupakan kekerasan emosional yang tanpa disadari membuat efek psikologis yang tidak nyaman bagi para korbannya.

Menurut Psychcentral.com Silent Treatment adalah perilaku dimana salah satu pasangan atau individu dalam suatu hubungan mengabaikan yang lain, dan benar-benar memutus kontak melalui segala bentuk komunikasi.

Pernahkah Anda mendapat perlakuan Silent Treatment?

Apa yang Anda rasakan?

Pastinya tidak nyaman bukan?

Memutus kontak dengan seseorang karena adanya kesalahan pasti sangat tidak nyaman, karena dengan cara seperti itu masalah tidak akan selesai, malah akan menambah kebingungan dan keresahan.

Dalam mendidik anak, perilaku mendiamkan anak supaya menyadari kesalahannya bisa jadi melukai perasaannya, apalagi anak-anak masih dalam pengembangan diri yang sangat butuh pendampingan dari orangtuanya. Apabila didiamkan atau melakukan silent treatment ini bisa jadi sang anak merasa bahwa orangtuanya tidak menyayanginya, dan akan menimbulkan konflik baru, bisa jadi dikemudian hari  memberikan trauma tertentu pada anak. Perilaku mengucilkan dan mengabaikan orang lain, seperti bersikap dingin dan memberikan silent treatment yang digunakan untuk menghukum atau memanipulasi orang lain dapat memberikan rasa sakit yang sama dengan saat kita mengalami cedera fisik. Maka memberikan penjelasan dan menyelesaikan permasalahan dengan berkomunikasi baik menjadi faktor utama menjalin hubungan antara manusia. Karena manusia adalah makhluk yang ingin dimengerti, maka belajar memahami orang lain sangat penting.

Salah satu tips dalam menyelesaikan suatu masalah yaitu berbicara dari hati ke hati dan tidak melakukan silent treatment.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun