Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dendam Kesumat

23 Maret 2019   12:18 Diperbarui: 23 Maret 2019   17:02 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Marni nama wanita itu. Usianya baru 22 tahun. Namun fisiknya nyaris terlihat seperti wanita tua berusia tujuh puluhan. Tubuhnya hanya seonggok tulang dibalut kulit tipis. Kulitnya pun keriput. Itu yang membuat Marni terlihat seperti nenek-nenek. Matanya lebar, kosong. Kulitnya sedikit menggelap. Wajah cantik yang ia miliki benar-benar sudah musnah.

Ya, dulu dia gadis yang cantik. Tak sedikit yang iri padanya. Oleh karena kecantikannya itu, banyak pemuda yang menyukainya. Selain cantik, dia juga terkenal sebagai gadis pintar dan baik. Semasa sekolah dia selalu unggul dari siswa-siswa yang lain. Pun dia seorang anak yang berbakti pada kedua orang tuanya.

Lalu mengapa keadaan mengubahnya menjadi sedemikian itu? Tidak ada yang tahu.

Semua berawal dari sesak nafas yang tiba-tiba di deritanya. Saat itu adalah hari pernikahannya. Sebelum ijab berlangsung, Marni merasakan nafasnya berat. Sedikit udara pun seakan enggan masuk ke rongga hidungnya. Sesak. Dadanya naik turun, memburu sedikit-sedikit udara yang masuk.

Pernikahan itu gagal, digantikan oleh adiknya Dewi. Itu atas keinginan Marni sendiri. Sebab Marni tak ingin membuat kedua orang tuanya merasa rugi. Mereka sudah mengeluarkan banyak biaya untuk mengadakan pesta. Maka dari itu, pesta pernikahan tetap berlangsung di balik derita yang Marni rasakan. Awalnya Agus tak menyetujui. Bukan Dewi yang ia ingini, tapi Marni terus memaksa hingga akhirnya Agus menuruti keinginan Marni untuk menikahi Dewi.

Sudah satu tahun Marni hanya berbaring di ranjangnya. Sesak di dadanya tak kunjung reda. Penyakit langka yang sungguh membuat setiap anggota keluarga harus menyeka air mata.

Marni sudah di bawa ke sana ke mari. Mulai dari klinik hingga rumah sakit sudah didatangi. Namun hasilnya nihil. Dokter tak sanggup mendiagnosis penyakitnya. Hampir semua dokter mengatakan bahwa Marni baik-baik saja. Seluruh organ dalam dan luar sehat. Tak ada gejala yang menampakkan adanya penyakit.

Nyatanya, kini Marni harus menderita. Ia memang masih mampu bernafas, tapi harus dengan kesakitan yang di rasa setiap saat. Dadanya merasa sesak, setiap detik, setiap saat.

Kadang terlintas di pikiran Marni untuk mengakhiri hidup, tapi ia kemudian mengurungkan niat sebab tahu bunuh diri adalah hal yang dilarang agama.
Tak ada yang tahu, apa yang menyebabkannya kuat bertahan dalam nafas yang berat. Hari demi hari tubuh Marni mengecil. Ia menjadi kurus, seperti mumi yang teronggok di ranjang.

"Ambilkan Al-Quran," pinta Marni.

Ratih, ibu Marni segera memenuhi keinginannya. Ia mengambil sebuah Al-Quran yang ada di meja sisi ranjang. Sudah beberapa hari ini, Marni rutin membaca Al-Quran. Meski dengan tergagap, pun kadang hanya mampu ia baca dalam hati, tetap ia coba untuk mengamalkannya setiap hari. Marni selalu berharap, kelak jika ajalnya tiba, ia ingin mati dalam keadaan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun