Mohon tunggu...
Ani Siti Rohani
Ani Siti Rohani Mohon Tunggu... Buruh - Perempuan penikmat sunyi

Life is never flat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dia Anakku

15 Maret 2019   17:31 Diperbarui: 15 Maret 2019   17:51 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika saja tidak ada hukum di negara ini, mungkin Rasti sudah membunuhnya. Lelaki yang telah membuatnya banyak mengeluarkan air mata. Lelaki yang membuat Rasti menjadi penuh api dendam membara di hatinya.

Ini sudah entah bulan ke berapa, Rasti tak mampu bermain bersama anak kesayangannya, Zacky. Rasti hanya bisa pasrah dengan keadaan yang menyiksanya.

"Seharusnya ibu tidak membiarkan lelaki keparat itu membawa Zacky!" Ujarnya kesal.

Dia baru saja pulang kerja. Peluh didahinya sudah cukup mencipta lelah, tetapi dia harus bertambah lelah dengan keadaan yang setiap hari membuatnya bergemuruh amarah.

"Theo itu ayahnya Zacky, Rasti. Ibu mana berani melarangnya membawa anak sendiri," balas ibu Aminah yang adalah ibu kandung Rasti.

"Tapi tidak dengan cara seperti ini," keluh Rasti. Sungai di matanya mulai mengalir membasahi pipi. Ia terlalu lelah dengan kehidupan yang harus ditempanya. Bagaimana tidak, kehidupan seolah tak sedikitpun memberi kesempatan untuk melukis senyum di sudut bibirnya. Jika pun ada, itu hanya sebuah senyum hambar yang dipaksakan.

Dua tahun lalu, Rasti mengira dunianya akan penuh warna pelangi yang indah. Dia menikah dengan saudagar kaya yang tentu saja banyak wanita-wanita mendamba lelaki itu. Namun, apa yang dipikirkan bertolak belakang dengan kenyataan yang ada. Lelaki yang memang dia kenal dari sebuah perjodohan yang dilakukan orang tuanya itu justru membuatnya harus menikmati banyak luka.

"Rasti Rindu Zacky, Bu," ucap Rasti sembari menyeka air matanya. Dia kecewa, terlalu kecewa. Setiap hari dia harus berlelah-lelah membanting tulang demi biaya kehidupan keluarga, untuk keperluan Zakcy, anak semata wayangnya yang kini berusia satu tahun. Tetapi sama sekali dia tak pernah bisa melewatkan waktu barang sedikitpun untuk bermain, bercanda bersama anak lelaki kesayangannya itu. Theo, mantan suaminya selalu membawa Zacky pergi mulai dari jam 6 pagi hingga tengah malam.

Rasti hanya bisa melihat Zacky saat anak mungil itu terlelap tidur. Tidak lebih. Jika pun ada paling-paling hanya rengekan malam saat Zacky sedikit-sedikit terjaga dari lelapnya.

Rasti masih duduk menunduk di sebuah sofa ruang tamu. Setiap pulang kerja, yang dia pikirkan selalu Zacky, Zacky dan Zacky. Menunggunya hingga larut, berharap anak itu dikembalikan tidak pada saat tengah terlelap tidur. Tapi nyatanya tidak pernah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun