Mohon tunggu...
Anisa DwiRahayu
Anisa DwiRahayu Mohon Tunggu... Guru - Anisa Dwi Rahayu

Anisa Dwi Rahayu PGSD S1 Universitas PGRI Semarang PPG Prajabatan 2022 Gelombang 1 Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Menurut Ki Hajar Dewantara

8 Desember 2022   06:26 Diperbarui: 8 Desember 2022   06:40 6875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


PENDIDIKAN MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

Ki Hajar Dewantara atau biasa dikenal bapak pendidikan Indonesia. Diprakarsai oleh Ki Hajar Dewantara, Triloka Patrap menjadi semboyan pendidikan Indonesia yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madyo Mangun Karsa, Tut Wuri Handyaani. Pemikirannya menjadi acuan bagi para penyelenggara pendidikan (guru, pembuat kebijakan, orang tua dan pegiat pendidikan) untuk menyelenggarakan pendidikan yang mencerminkan "merdeka belajar". 


Menurut KHD, pendidikan membimbing anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodratnya sendiri sehingga dapat mencapai keamanan dan kebahagiaan sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Pendidikan merupakan tempat penyemaian benih-benih budaya dalam masyarakat bangsa. Pendidikan dan kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, pendidikan merupakan dasar bagi perkembangan peradaban kebudayaan. Filosofi pendidikan KHD adalah perubahan, artinya selalu bergerak atau dinamis, dengan nilai-nilai kemanusiaan sebagai pusat geraknya. Pendidikan harus selalu berubah mengikuti perubahan zaman. Dalam filosofi pendidikan KHD, terdapat tiga kerangka acuan perubahan, yaitu.

1. Kodrat keadaan

Pendidikan anak berkaitan dengan hakikat alam dan hakikat zaman atau waktu. Pada hakikatnya, guru harus memberikan teladan yang baik dengan harapan dapat ditiru oleh siswa untuk membentuk karakter siswa, seperti bersikap sopan dan santun kepada orang lain, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat dan keluarga. Di sisi lain, sifat waktu, yaitu. pembentukan zaman masing-masing, memiliki tantangan tersendiri. Saat ini menghadapi tantangan pendidikan di abad 21 dimana anak perlu mencapai empat karakter yaitu berpikir kritis, komunikasi, kreativitas dan kerjasama.

2. Prinsip perubahan

Prinsip dibalik perubahan ini adalah prinsip Trikon, yaitu kontinuitas, konvergensi, dan konsentrisitas. Dalam mendampingi tumbuh kembang anak secara alami, KHD mengumpamakan peran seorang pendidik dengan peran seorang petani. Petani hanya bisa mengendalikan pertumbuhan jagung, mereka bisa memperbaiki tanah, menyiraminya setiap hari, memberi pupuk, membasmi hama ulat atau jamur yang mengganggu kehidupan tanaman. Petani tidak bisa memaksa jagung untuk menanam padi. Hal yang sama berlaku untuk guru. Pendidik dapat membimbing tumbuh kembang anak hanya menurut kodratnya.

Oleh karena itu, sebagai guru, kita harus menawarkan bantuan dan membimbing serta memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebanyak mungkin dari waktu ke waktu, dan kita tidak dapat memisahkan diri dari peran kepemimpinan kita sebagai guru dan orang tua, yaitu sebagai guru. untuk memotivasi dan memahami anak-anak atau mengajar siswa. agar tetap berpegang teguh pada nilai-nilai atau norma-norma kemanusiaan yang ada, sehingga terwujud tujuan belajar mandiri sesuai semboyan Ki Hajar Dewantara, ddi depan memberi teladan, di tengah memberi semangat dan motivasi, dan di belakang memberi dorongan.

3. Apa yang berubah?

Yang berubah adalah sikapnya. Menurut KHD, karakter adalah perpaduan harmonis antara pikiran, perasaan dan kehendak yang membangkitkan energi/semangat. Tata krama yang baik adalah kunci keharmonisan dan keseimbangan dalam hidup. Oleh karena itu, pelaksanaan pelatihan harus komprehensif dan seimbang. Karena melalui kesempurnaan alam membawa anak pada kebijaksanaan.

Pendidikan harus berpihak pada peserta didik. Pendidik harus menghamba pada Sang Anak. Segala sesuatu yang dilakukan pendidik harus tulus dan berpusat pada anak. Pendidik dengan niat tulus dan murni, terlepas dari segala keterikatan, berniat melayani anak. Pendidikan harus dilepaskan berdasarkan Pelajar Pancasila.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun