Menurut data yang dirilis oleh Visinema Studios, penjualan merchandise film JUMBO saja sudah mencapai lebih dari 10 miliar rupiah dalam tiga bulan pertama setelah peluncuran. Sektor pariwisata di sekitar lokasi syuting juga merasakan dampak positif, dengan peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi daerah-daerah tersebut.
Di sisi lain, dampak tidak langsung juga tidak kalah penting. Lokasi-lokasi syuting yang digunakan dalam JUMBO kini menjadi destinasi wisata populer, meningkatkan arus kunjungan wisatawan domestik maupun internasional. Ini membawa manfaat bagi sektor pariwisata yang sangat berhubungan dengan ekonomi kreatif. Selain itu, karakter-karakter dalam film ini juga menginspirasi kreasi lain, seperti serial web dan acara teater, yang semakin memperkuat ekosistem kreatif di Indonesia.
Keberhasilan film JUMBO menunjukkan bahwa ekonomi kreatif, meskipun sering dianggap sebagai sektor sampingan, sebenarnya memiliki potensi besar untuk menjadi pilar utama perekonomian Indonesia. Film ini adalah contoh bagaimana kreativitas dapat berfungsi sebagai daya pendorong perekonomian, menciptakan lapangan kerja, dan mengangkat industri lain seperti pariwisata dan teknologi digital. Pada tahun 2025, sektor ekonomi kreatif Indonesia telah berkontribusi lebih dari 7% terhadap PDB nasional, dengan subsektor film dan animasi menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa.
Film JUMBO juga menjadi tonggak penting karena untuk pertama kalinya film animasi Indonesia ini dirilis di 17 negara. Ini membuka peluang bagi produk budaya Indonesia untuk lebih dikenal secara global, memperkenalkan cerita-cerita lokal ke audiens internasional, serta mendorong pertumbuhan sektor industri kreatif lebih luas lagi. Keberhasilan film ini menunjukkan bahwa investasi dalam ekonomi kreatif bukan hanya soal menciptakan hiburan, tetapi juga soal membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berbasis pada nilai budaya.
Meski ekonomi kreatif di Indonesia menunjukkan potensi besar, sektor ini masih menghadapi sejumlah tantangan. Beberapa masalah utama yang harus dihadapi termasuk kurangnya pendanaan untuk proyek-proyek kreatif, infrastruktur yang terbatas, dan perlindungan hak kekayaan intelektual yang belum optimal. Meskipun demikian, peluang untuk berkembang juga terbuka lebar. Bonus demografi yang dimiliki Indonesia, kemajuan teknologi digital, serta minat global terhadap produk budaya lokal memberikan harapan bahwa ekonomi kreatif akan terus tumbuh.
Film JUMBO menjadi contoh konkret bagaimana sektor kreatif dapat beradaptasi dengan perubahan dan menghadirkan karya yang relevan dengan audiens saat ini. Ke depan, penting bagi pemerintah dan berbagai pihak untuk terus mendukung pelaku ekonomi kreatif, baik melalui kebijakan yang mendukung maupun pembiayaan yang memadai. Kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat akan sangat penting dalam menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif secara berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI