Mohon tunggu...
Anis fitriah
Anis fitriah Mohon Tunggu... Lainnya - Anis Fitriah

Bismillah, Belajar Menulis Semua orang akan mati kecuali karyanya, maka tulislah sesuatu yang akan membahagiakan dirimu di akhirat kelak". - Ali bin Abi Thalib "Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis". - Imam Al-Ghazali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suka Duka Hidup di Perantauan (Part 3)

6 Februari 2021   17:05 Diperbarui: 6 Februari 2021   17:18 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah tau kabar bahwa suamiku diterima di poljam, kami diskusi bagaimana baiknya, apakah aku harus ikut langsung atau tinggal terlebih dahulu di rumah orang tuaku. 

Kami baru ingat, bahwa ada tetangga kami yang anaknya merantau ke jambi bersama suaminya, Nina namanya.

Orangtua nina mencoba menghubungi nina, memberi tahu kepada nina bahwa kami akan ke jambi, dan ternyata suami nina meminta kami untuk tinggal di rumahnya sementara waktu sebelum kami mendapatkan kontrakan.

Nina adalah adik kelas ku sewaktu aku duduk di bangku aliyah dan juga temanku, nina tinggal bersebelahan dengan rumahku, itu artinya nina bertetangga denganku.

Kami senang ada teman yang mau membantu kami.

Keesokan harinya, kami berngkat ke jambi bersama adik dan ibuku, mereka berdua mengantarkan kami. Setelah sampai di jambi dan di rumah nina, nina dan suaminya menyambut kami dengan baik, membantu membawakan barang-barang kami.

Lumayan melelahkan perjalan dari lubuklinggau menuju jambi,apalagi dalam keadaan hamil seperti ini, meskipun mengendarai kendaraan pribadi, butuh waktu 6 sampai 7 jam untuk sampai ke jambi.

Kami sampai ke jambi sebelum maghrib tiba, kami semua langsung istirahat dan nina membuatkan kami teh hangat, kemudian kami mandi setelah dipersilahkan oleh nina, setelah semuanya selesai ibu dan adikku pamit pulang ke lubuklinggau, sedih rasanya melihat mereka akan pulang, hidup kami yang sebenarnya akan di mulai.

"ibu pamit ya... Baik-baik di jambi" kata ibuku, sambil memelukku, kemudian aku mencium pipi dan punggung tangan ibuku.

"iya bu...pasti" sahutku, sambil menahan bulir airmata yang sebentar lagi akan membasahi pipi.

"ibu berangkat ya"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun