Virus Corona atau Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS - CoV-2) sudah mulai terdeteksi keberadanya di Indonesia sejak Maret 2020. Penyebaran dari Virus Corona ini salah satunya melalui percikan ludah (droplet) yang keluar dari penderita Covid-19 saat batuk, bersin ataupun berbicara. Penularan dari Virus Covid-19 ini terbilang cepat.Â
Awal dari penyebaranya sudah mencapai kurang lebih 4,17 juta kasus terinveksi. Akibat yang ditimbulkan dari pandemi ini adalah munculnya berbagai permasalahan. Baik dari sektor ekonomi, pendidikan hingga sosial masyarakat.Â
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba secara tidak langsung memaksa manusia untuk melakukan adaptasi dan penyesuaian diri dari berbagai sisi kehidupanya.Â
Berbicara mengenai perubahan di masa pandemi ini, masyarakat global saat ini sedang diuji rasa solidaritas terhadap sesama manusia. Sekuat apa rasa untuk saling berempati terhadap kesusahan hidup orang lain.
Banyak pemberitaan di sosial media secara terang-terangan menyebutkan identitas yang terinveksi virus Covid-19. Lengkap dengan menyebutkan alamat tempat tinggal mereka.Â
Memang hal ini tentunya tidak menjadi permasalahan, jika tujuanya adalah untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat. Namun secara tidak langsung hal tersebut membangun stigma masyarakat yang kurang baik terhadap pasien. Hal ini didasari oleh rasa takut yang berlebihan hingga mengalahkan rasa kemanusiaan. Yang terjadi hanyalah kepanikan dan prasangka terhadap para pasien.
Ketakutan ini muncul akibat dari kurangnya pengetahuan mengenai Virus Corona. Dimana virus ini merupakan varian baru yang penyebaran dan akibat yang ditimbulkan sangat besar. Sehingga masyarakat cenderung memiliki rasa khawatir dan kecemasan dan kebingungan yang tinggi.
Seharusnya hal ini harus disadari, bahwa pemberian stigma negatif terhadap penderita Covid-19 justru akan mengakibatkan orang lain yang terinveksi virus Covid-19 atau yang disinyalir memiliki riwayat ciri-ciri terinveksi virus Covid-19 takut untuk berobat.
Atau bahkan tidak mau bersikap jujur terhadap riwayat penyakitnya.Â
Tentu hal ini akan menjadi lebih beresiko lagi bagi masyarakat sekitarnya. Hal ini disebabkan karena seseorang atau kelompok tertentu menciptakan perlakuan diskriminasi sehingga para pasien yang terkena virus Covid-19 merasa tertolak didalam lingkup lingkungan sosial mereka.
Sikap yang seharusnya kita terapkan sebagai masyarakat yang baik adalah tidak perlu memberikan stigma negatif terhadap penderita Covid-19. Stigma negatif disini dijelaskan adalah adanya diskriminasi sosial terhadap penderita Covid-19 hingga dikucilkan dari masyarakat.