Mohon tunggu...
Anindya AditaPutri
Anindya AditaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

hai, selamat membaca.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menelusuri Landasan Pemikiran Sosiolog Klasik: Emile Durkheim

10 September 2022   17:45 Diperbarui: 10 September 2022   17:47 1508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri via kompas.com

Teori sosiologi klasik merupakan teori sosiologi yang telah ada sejak tahun-tahun awal. Dalam periode tersebut, muncullah tokoh-tokoh yang membuat aliran sosiologi, seperti Marx, Durkheim, dan Weber. Setiap tokoh tersebut membuat aliran yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang mereka kaji, teori dan metode yang digunakan dalam melandasi pemikiran mereka. Pada artikel sebelumnya saya telah membahas mengenai landasan pemikiran Karl Marx. Namun rasanya kurang adil jika saya hanya membahas landasan pemikiran Karl Marx saja padahal kita sama-sama tahu kalau tokoh sosiolog klasik bukan hanya Karl Marx. Oleh karena itu, pada artikel kali ini saya akan memuat pembahasan mengenai landasan pemikiran sosiolog klasik yang lain, yaitu Emile Durkheim.

MENGENAL EMILE DURKHEIM

Emile Durkheim. Sumber Ilustrasi : wikipedia
Emile Durkheim. Sumber Ilustrasi : wikipedia

Emile Durkheim merupakan laki-laki kelahiran negara metropolitan "The Hexagon" atau yang kita kenal sebagai negara Prancis. Beliau lahir pada tanggal 15 April 1858 di Epinal, Prancis. Beliau terlahir di kalangan keluarga Yahudi yang sangat taat. Ia merupakan seorang anak yang sangat terkenal pandai di usia mudanya. Ia berhasil masuk ke dalam sekolah tinggi terkemuka, yaitu Ecole Normale Superiuer. Sekolah tinggi tersebut terkenal telah berhasil mencetak para ilmuwan dari Prancis. 

Pada zaman Durkheim, filsafat, psikologi, dan biologi masih menjadi ilmu dominan yang berlomba-lomba untuk dipelajari oleh setiap orang. Ilmu sosial atau sosiologi pada saat itu masih terperangkap dalam bayang-bayang filsafat. Dengan demikian, Durkheim berusaha agar sosiologi dapat terlepas dari bayang-bayang filsafat dan dapat menjadi ilmu yang mampu dikenal dan dipelajari secara luas. 

Durkheim memiliki empat karya yang sangat terkenal, yaitu :

  • The Devision of Labour in Society (1893)
  • The Rules of Sociology Method (1895)
  • Suicide (1897)
  • The Elementary Forms of Religious Life (1912)

Keempat karya tersebut pula yang mampu membuat Durkhei melahirkan pemikiran-pemikiran mengenai sosiologi. Beliau juga dikenal sebagai bapak sosiologi modern.

LANDASAN PEMIKIRAN EMILE DURKHEIM

1. Fakta Sosial

Menurut Durkheim, harus ada pembatasan dalam pembahasan sosiologi pada analisis fakta sosial. Seperti yang sudah kita bahas pada artikel sebelumnya bahwa menurut Durkheim sosiologi ini harus dikaji berdasarkan kajian nyata di luar pemikiran manusia itu sendiri. Hal ini berarti para sosiolog memiliki tugas, yakni mencari keterkaitan dan hubungan antara fakta sosial yang ada dengan membuat peraturan hukum dalam struktur sosial masyarakat. Dengan begitu, para sosiolog akan dapat dengan mudah menentukan kondisi masyarakat dan memberi solusi.

Dalam fakta sosial ini terdapat dua subjek, yaitu struktur sosial dan institusi sosial. Fakta sosial dalam suatu masyarakat bersifat eksternal, yang berarti di luar dari masyarakat itu sendiri namun dapat diamati serta memaksa dan mampu menyebar dalam masyarakat. Dengan demikian, setiap individu dalam masyarakat akan memikirkan cara mereka bertindak dengan mereasakan hal yang ada di luar individu tersebut. Adapun dua jenis fakta sosial, antara lain sebagai berikut. 

1) Fakta Sosial Material

Fakta sosial material merupakan suatu hal yang bersifat nyata dan dapat secara langsung kita amati dan rasakan. Fakta sosial jenis ini merupakan bagian dari dunia nyata yang mampu mengatur setiap individu dalam masyarakat.  Contohnya seperti rumah, rumah ibadah, peraturan undang-undang, hukum, dan masih banyak lagi.


2) Fakta Sosial Non Material

Fakta sosial non material merupakan kebalikan dari fakta sosial material, yang berarti fakta sosial jenis ini hanya sebagai bentuk respon, tanggapan, dan kesadaran dalam diri individu yang berasal dari fakta sosial material. Contohnya pendapat, ego, moral, peristiwa budaya yang dirasakan atau dalam bentuk reaksi terhadap fakta sosial material.

2. Solidaritas dalam Struktur Sosial

Solidaritas sosial merupakan suatu kondisi dalam masyarakat dengan dukungan nilai moral dan kepercayaan yang mereka yakini bersama. Keyakinan bersama tersebut akan melahirkan suatu emosional atau perasaan yang mampu memperkuat hubungan antar satu sama lain. Solidaritas merupakan komponen utama yang berfungsi untuk melihat perkembangan dalam masyarakat.


Dalam solidaritas sosial ini, perkembangan masyarakat dimulai dari masyarakat sederhana yang menggunakan solidaritas mekanik. Dalam solidaritas mekanik tersebut belum adanya pembagian kerja di dalamnya. Solidaritas mekanik ini terikat pada kesadaran kolektif. Maksudnya, setiap masyarakat sederhana memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang sama dikarenakan belum adanya pembagian kerja, sehingga tidak saling bergantung satu dengan yang lainnya.


Kemudian, dalam masyarakat modern sudah menggunakan bentuk solidaritas organik. Solidaritas organik ini ditandai dengan adanya pembagian kerja di dalamnya. Dalam hal ini, setiap masyarakat memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Mereka hidup dalam perbedaan sehingga antara satu masyarakat dengan masyarakat lain saling bergantung.


3. Bunuh Diri, Anomi dan Integrasi Masyarakat

Dalam salah satu karya Durkheim, yaitu "Suicide (1897)" melahirkan sebuah pemikiran mengenai bunuh diri. Dalam karya tersebut, terpikir bahwa kasus bunuh diri ini erat kaitannya dengan fakta sosial yang bergantung dengan nilai norma dan aturan agama yang sudah melekat dalam masyarakat. Hal ini berarti bunuh diro merupakan reaksi dari masyarakat terhadap nilai dan norma serta aturan dalam agama yang berlaku dalam masyarakat. Selain itu, ternyata bunuh diri juga berkaitan dengan solidaritas sosial. Hal tersebut berarti bahwa penyebab bunuh diri ini bisa jadi karena solidaritas sosial yang ada dalam masyarakat merenggang atau bahkan sebaliknya, yaitu solidaritas yang ada dalam masyarakat terlalu kuat. Semakin rendah ikatan solidaritas dalam suatu integrasi sosial tertentu, maka akan semakin tinggi angka bunuh diri. Begitupun sebaliknya.

Menurut Durkheim, bunuh diri dapat dibedakan menjadi empat tipe, yaitu:
1) Bunuh diri egoistik

Bunuh diri egoistik cenderung dialami oleh individu yang memiliki sifat tertutup (introvert). Individu tersebut memiliki suatu ekspetasi terhadap sesuatu yang sedang mereka lakukan. Namun, apabila ekspetasi tersebut tidak sesuai maka akan timbul kekecewaan dalam dirinya. Tak jarang juga mereka terus merutuki dan menyalahkan diri sendiri yang tidak mampu mencapai ekspetasinya. Hal tersebut menyebabkan mereka depresi. Dari depresi inilah yang menyebabkan mereka untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Dalam tipe bunuh diri egoistik, bunuh diri terjadi karena tingkat integrasi sosial yang rendah.


2) Bunuh diri anomik

Dalam bunuh diri anomik, seseorang melakukan bunuh diri dikarenakan adanya perubahan sosial yang di alaminya. Misalnya ketika seseorang yang terbiasa hidup dalam gelimang harta tiba-tiba jatuh miskin. Regulasi hidupnya yang berupa tujuan hidup dan cita-cita individu tersebut menurun dan bahkan hilang dikarena perubahan sosial yang terjadi. Hal tersebut menyebabkan mereka bimbang dan seringkali menimbulkan kehabisan cara atau akal untuk dapat mempertahankan hidupnya. Mereka menganggap hidup mereka sudah tidak terarah lagi. Pada akhirnya mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.


3) Bunuh diri altruistik

Dalam tipe bunuh diri kali ini, individu melakukan tindakan bunuh diri dengan adanya kepercayaan dan integritas yang tinggi. Pada awalnya, individu tersebut terikat dengan suatu kelompok masyarakat atau lingkungan sosialnya. Ikatan kuat tersebut menyebabkan kepentingan kelompok lebih di atas segalanya dibandingkan dengan kepentingan individu tersebut. Pada akhirnya, timbullah kepercayaan bahwa melalui bunuh diri ini akan menghasilkan suatu kebaikan untuk banyak orang atau kelompok masyarakat. Singkatnya, bunuh diri jenis ini timbul karena seorang individu mencoba mengorbankan dirinya demi kepentingan dan kebaikan banyak orang. Contohnya seperti tentara yang rela mati dalam peperangan demi membela negaranya.


4) Bunuh diri fatalistik

Dalam bunuh diri fatalistik terdapat suatu regulasi atau ekspetasi yang tinggi terhadap cita-cita dan tujuan individu tersebut dari orang sekitar. Hal tersebut membuat individu mengalami tekanan sosial yang besar. Ia beranggapan ia harus memenuhi regulasi tersebut agar tidak mengecewakan banyak orang. Regulasi yang tinggi tersebut menyebabkan tingkat tekanan sosial dalam individu tersebut meningkat. Ketika ia tidak mampu mewujudkan regulasi tersebut, maka ia dianggap gagal. Kegagalan tersebut membuat tekanan dalam diri individu semakin besar. Untuk dapat mengakhiri tekanan tersebut, akhirnya individu tersebut memilih jalan untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Contohnya pada kasus bunuh diri aktris Korea Selatan, yaitu Sulli. Sulli diduga bunuh diri karena depresi dan mendapatkan banyak tekanan dari sosial media akibat kepopulerannya.


Singkatnya, tipe bunuh diri yang diklasifikasikan oleh Durkheim ini disebabkan oleh integrasi dan regulasi yang dialami oleh setiap individu. Integrasi tersebut berhubungan erat terhadap kekuatan dari solidaritas yang dialami setiap individu dengan lingkungan sosialnya. Kemudian regulasi ini juga berkaitan dengan fakta sosial yang dialami langsung oleh si individu. Tipe bunuh diri yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya integrasi yaitu tipe bunuh diri altruistik (integrasi tinggi) dan tipe bunuh diri egoistik (integrasi rendah). Sedangkan tipe bunuh diri yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suatu regulasi yaitu tipe bunuh diri fatalistik (regulasi tinggi) dan tipe bunuh diri anomik (regulasi rendah).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun