Sejarah singkat mengenai tokoh nasionalisme Indonesia yakni Mr Ahmad Soebardjo, dengan nama lengkap Raden Ahmad Soebardjo lahir dari pasangan Teuku Muhammad Yusuf dan Wardinah, serta memiliki tiga saudara kandung yang bernama Siti Chadijah, Siti Alimah, dan
Aburakhman. Keluarganya merupakan orang terpandang di daerahnya, yakni Aceh. Akhirnya beliau memiliki kesempatan bersekolah yang dikhususkan untuk orang Belanda. Pendidikan yang telah ditempuhnya bermula dari Europeesche Lagere School (ELS). Namun, saat sekolah di sini beliau mendapatkan perlakuan diskriminasi dari kepala sekolahnya yang memandang rendah kemampuan pribumi. Sebagai seseorang yang berani memerangi diskriminasi dan memiliki semangat belajar tinggi, beliau mampu menunjukan eksistensi bahwa pribumi dapat menyaingi kemampuan bangsa Eropa. Hingga akhirnya beliau melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Leiden, Belanda. Ahmad Soebardjo tercatat sebagai mahasiswa yang aktif dalam Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Belanda dan organisasi seperti Jong Java dan Tri Koro Dharmo. Menandakan bahwa Soebardjo sangat memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui organisasi. Pada hakikatnya, Ahmad Soebardjo merupakan seseorang dengan jiwa patriotisme dan kolaboratif. Bersama dengan Mohammad Hatta dan ahli-ahli gerakan Indonesia, beliau dipercaya untuk mewakili Indonesia dalam persidangan Anti Imperialis di Brussels dan Jerman dengan tajuk "Liga Menantang Imperialisme dan Penindasan Penjajah". Saat persidangan pertama bertemu dengan para pemimpin nasionalis Asia dan Afrika, seperti Jawaharlal Nehru dari India. Meskipun masih mahasiswa beliau berhasil menuntaskan tugas ini dengan baik. Karakter seperti ini patut diacungi jempol. Generasi muda dapat memetik pengalaman berharga sudah sepatutnya kita melek akan isu di berbagai aspek kehidupan. Ketika lulus menjadi mahasiswa hukum di Belanda, beliau mendapatkan ijazah dengan gelar Meester in de Rechten atau sekarang setara dengan sarjana hukum. Berkat pengalaman menimba ilmu di luar negeri menghasilkan pemikiran kritis dalam dirinya, sehingga memiliki khasanah wawasan yang luas dan bersifat visioner demi pergerakan bangsa ke arah kemerdekaan. Jiwa kebangsaan telah tertanam kuat pada karakternya.Â
Setelah menempuh pendidikan di Belanda, Ahmad Soebardjo kembali ke tanah air. Saat itu kondisi Indonesia sedang dalam tahap persiapan kemerdekaan karena kekalahan Jepang atas Sekutu. Ahmad Soebardjo merupakan seseorang yang ambisius demi kemerdekaan negara Indonesia, seperti keaktifannya menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan Negara Indonesia (BPUPKI). Panitia Sembilan yang salah satu anggotanya Ahmad Soebarjo, dibentuk oleh Soekarno ketika BPUPKI berada dalam masa reses. Tujuan dibentuk panitia kecil untuk merumuskan dasar negara setelah pidato Soekarno dikumandangkan. Piagam Jakarta (Jakarta Charter) berhasil dirumuskan pada 22 Juni 1945 yang berisikian dasar negara. Selain itu, Achmad Soebardjo terlibat dalam Peristiwa Rengasdengklok, di mana golongan muda kala itu mendesak Soekarno untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya sebagai golongan tua menuai banyak hambatan yang dilewatinya. Namun, beliau pantang menyerah demi tercapainya suatu tujuan bersama, selalu berusaha menjadi mediator yang berintegritas antara golongan tua dan golongan muda. Beliau meyakinkan golongan muda terlebih dahulu agar tidak terburu-buru melaksanakan proklamasi kemerdekaan, sebab banyak pertimbangan yang harus dipersiapkan secara matang demi kelancaran pelaksanaan di kemudian hari. Langkah yang dipilih Soebardjo menunjukkan sifat kebijaksanaan dan penuh kehati-hatian dalam menyikapi segala sesuatu. Laksamana Maeda dibujuk oleh Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Soebardjo agar kediamannya dapat digunakan untuk menyusun naskah proklamasi. Soebardjo berkontribusi penuh dalam proses pembentukan konsep naskah proklamasi yang menjadi objek fundamental saat terlaksananya kemerdekaan nantinya. Indonesia dinyatakan merdeka secara de facto pada tanggal 17 Agistus 1945. Setelah itu dibentuklah struktur pemerintahan dengan memilih Achmad Soebardjo sebagai Menteri Luar Negeri pertama.
Kepiawaian Ahmad Soebardjo menjadi teladan bagi seluruh bangsa Indonesia terutama generasi muda. Jiwa nasionalisme perlu ditanamkan sejak dini untuk membentuk karakteristik diri agar memiliki tekad yang kuat untuk menjaga persatuan di tengah pluralisme, hingga memiliki jiwa patriotik untuk menumbuhkan semangat gotong royong. Kegigihan beliau sangat menjadi inspirasi agar kemerdekaan yang telah diperjuangkan para pahlawan bangsa tetap terjaga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI