Sabtu pagi itu, suasana SDN 73/IX Sei Duren tampak berbeda dari biasanya. Setelah mengikuti senam pagi di lapangan sekolah, sekitar kurang lebih 110 siswa kelas 4 dan 5 berkumpul dengan penuh semangat. Udara pagi yang segar ditambah wajah ceria anak-anak membuat kegiatan kali ini terasa lebih hidup. Mereka tidak hanya diajak bergerak untuk menjaga kesehatan, tetapi juga siap menerima pengetahuan baru yang tak kalah penting: bagaimana cara mengelola sampah dengan benar.
  Penyuluhan dibuka dengan suasana hangat. Mahasiswa kukerta mengajak anak-anak mengikuti permainan ringan sebagai ice breaking. Permainan sederhana ini membuat mereka tertawa, saling bersorak, dan semakin bersemangat. Hal ini penting agar anak-anak tidak merasa kegiatan ini hanya sebatas "duduk mendengarkan", melainkan sebuah pengalaman yang menyenangkan.
  Senyum lebar, tepuk tangan meriah, hingga canda tawa terdengar dari sudut lapangan. Terlihat jelas bahwa edukasi kali ini tidak hanya sekadar berbagi informasi, tetapi juga menciptakan ruang bermain dan belajar bersama. Dengan suasana hati yang gembira, anak-anak pun lebih mudah menyerap materi yang diberikan.
Â
Setelah suasana mencair, tibalah saatnya masuk ke materi utama. Anak-anak dikenalkan pada berbagai jenis sampah:
Sampah organik, seperti sisa makanan, daun kering, dan kulit buah, yang dapat terurai dengan mudah dan bisa diolah kembali menjadi pupuk kompos.
Sampah anorganik, seperti plastik, kaleng, botol, dan kertas, yang sulit terurai tetapi dapat didaur ulang menjadi barang baru.
Sampah berbahaya (B3), misalnya pecahan kaca, baterai bekas, atau kaleng cat, yang berisiko mencemari lingkungan jika tidak dibuang dengan benar.
  Materi disampaikan dengan bahasa sederhana dan disertai contoh nyata. Misalnya, ketika memperlihatkan botol plastik kosong, mahasiswa bertanya, "Kalau ini sebaiknya dibuang ke mana?" Anak-anak pun berlomba mengangkat tangan. Ada yang langsung menjawab "sampah anorganik!"  Dari interaksi kecil ini, terlihat betapa cepat mereka menangkap informasi baru.