Kedatangan kami merobek pandangannya. Bungkus bantuan dibuka semua oleh sang sekretaris dewan komisi 3 Muhammad Zaini alias MZ. Meminta kades membelikan triplek 2 lembar untuk digunakan sebagai atap sementara. Sigap, dalam waktu singkat 2 papan triplek telah datang.
"Yang penting tidak beratap langit dulu ketika tidur, kasihan kalau hujan," cetus MZ.
Dikerjakan sekitar 15 an orang tak sampai satu jam rumah baru darurat pak Sholihin berdiri. Cukup aman dari datangnya hujan, juga nyaman untuk berteduh dari terik panas. Hangat rapat ketika mata terpejam saat malam menjelang.
"Ini sementara ya, sambil menunggu datangnya bantuan bedah rumah yang untuk tahun ini memang terkoreksi refokusing sebab penanggulangan Covid," jelas MZ.
Manggut-manggut saja sang korban, tidak ada satupun ucapan. Hanya terima kasih dan puja syukur alhamadulillah meluncur lancar dari mulutnya.
Pak Abdul Rohim, korban rumah roboh akibat terjangan angin kencang kini sudah bisa tertawa lebar.
"Jadi Pak, kalau sudah dapat bantuan itu boleh dipakai, tidak ada larangan dan ditanyakan lagi sama yang memberi bantuan. Jangan takut rusak atau jelek," Saya coba jelaskan dengan bahasa Madura yang familiar dia mengerti.
Senyum sumringah terhias di wajahnya. Lebih ceria dibanding ketika rombongan pertama datang. Ikut membantu memperbaiki rumahnya yang roboh bersama rombongan lelaki dewan itu.
Rumahnya belum berdiri sempurna memang tapi setidaknya sudah ada dinding dan atap. Menjaga Pak Abdul Rohim dari terik dan hujan yang kini mulai sering turun.