Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Alhamdulillah, Saya Masih "Miskin"

19 Februari 2021   05:34 Diperbarui: 23 Februari 2021   02:58 2995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penunjukan saya sebagai ketua level Kabupaten oleh Ketua Propinsi tentu menggundahkan. Kok orang seperti itu sih. Sudah gelarnya cuma S 1, miskin lagi.

Terbukti ada ucapan," Oh, sampean tho, yang tukang jualan keliling, yang pernah jadi Kepala TK desa dan sekarang cuma guru SMP swasta."

Kekagetan nyata di nadanya saat saya berusaha memberi penjelasan segamblang mungkin ketika dia menanyakan identitas saya. Dia satu daerah dengan saya. Tentu mengenal betul sepak terjang keberadaan saya. Tak ingin menutupi saya mengiyakan seluruh konfirmasinya.

Ya, saya masih "miskin". Secara ilmu, secara amal dan tentu saja finansial. Untuk itu saya terus bergerak memperkaya otak, menambah jumlah amal, agar bisa masuk bagian dari kaya ilmu serta berusaha berbuat untuk kemaslahatan.

Secara finansial? Bila disandingkan dengan beliau-beliau yang bermobil tentu kalah jauh. Miskin betul saya, tidak layak bergaul dengan para sosialita harum rupawan tersebut. Namun jika dibanding mereka yang kekurangan, saya bersyukur, meski miskin tidak sampai jadi peminta-minta.

Strata sosial yang saya miliki memang seringkali memantik kecurigaan. Masuk dalam lingkaran orang kaya, sering disangka mau memanfaatkan. Entah mau cari pinjaman atau minta pekerjaan, kalau tak boleh saya katakan ngemis minta diberi uang.

Padahal bagi saya meski miskin, masalah uang menjadi sesuatu yang paling saya hindari dalam pergaulan. Baju saya murahan biar, tunggangan saya jelek tak mengapa, terpenting saya tidak menjadi parasit. Diri ini sudah rendahan, tak mau lagi lebih merendahkan diri membicarakan uang, baik meminta atau berhutang.

Saya percaya, kaya dan miskin adalah garis Tuhan. Makanya saya tak terlalu fokus ingin keluar dari sebutan zona tersebut. Toh miskin punya banyak keuntungan. Bukankah nanti di hari perhitungan, saya tak perlu repot menjawab sekian banyak pertanyaan malaikat atas harta yang saya miliki dan pergunakan?

Menjadi orang kaya siapa yang tak ingin. Namun mengusahakan dengan cara tak wajar, malu hati diri ini. Makanya saya tidak risau dengan kondisi. Bersedia menerima, hayuk silahkan. Tidak juga tidak apa-apa.

Hidup itu pilihan kata orang. Saya memilih jujur dengan kemiskinan ini dan membiarkan orang lain menentukan pula pilihan mereka apakah mau atau tidak dekat dengan saya. Kalau dianggap bisa jadi nilai setitik maka saya pun tak keberatan hengkang sebelum didepak dengan memalukan.

Kembali ke posisi jabatan pucuk pimpinan. Rupanya, ajuan pertimbangan mundur saya ke ketua propinsi dianggap tidak relevan. Baik gelar maupun maupun status sosial dianggap bukan ganjalan. Masih bersedia menerima rancangan program yang saya ajukan dengan ujung kegiatan literasi. Membaca keadaan lalu menuliskannya agar abadi, memberi manfaat meski penulis mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun