Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ironi Mandiri Yani Hagler, Mantan Penantang Juara Tinju Dunia yang Kini Jadi Pengrajin Gitar Kayu

13 Februari 2021   03:34 Diperbarui: 13 Februari 2021   04:43 2457
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa sangka, lelaki yang tinggal di sudut gang sempit RT 16 Desa saya Ngroto, Pujon Kabupaten Malang ini dahulunya pernah membawa nama harum bangsa.
Pada masa keemasannya dahulu 1985, Yani  Dokolamo atau  lebih dikenal sebagai Yani Hagler pernah menjadi petinju profesional dengan bayaran tertinggi saat menantang juara dunia versi IBF, International Boxing Federation Dodie Boy Penalosa.

Nama Hagler dia pakai karena mengidolakan  petinju Marvin Hagler. Hingga gaya plontos rambutnya meniru sang idola. Sedangkan namanya sendiri sebagaimana pengakuan adalah Muhammad Yani.

Tentang Yani Hagler Wikipedia menulis demikian, adalah mantan petinju profesional terkenal Indonesia, asuhan alm. Setijadi Laksono. Dokolamo, yang saat itu yang juara nasional kelas terbang yunior dan tidak terkalahkan selama menimba karier nasional, ditawari bertanding melawan juara dunia IBF kelas terbang yunior, Dodie Boy Penalosa oleh promotor Boy Bolang (alm.) pada 12 Oktober 1985.

38 tahun lewat sudah. Masa itu tinggal kenangan. Hidupnya kini jauh dari hingar bingar panggung pertandingan, meski terkadang kerap dipanggil pertina untuk membantu melatih petinju muda.

Bukan sansak tinju yang kini akrab dengan seorang Yani Hagler. Kayu jati Belanda merupakan barang yang dia sentuh setiap hari. Sebagai bahan membuat aneka rupa kerajinan dari kayu. Meja lipat dan gitar akustik. Untuk menghidupi anak dan istrinya.

Sebagai kepala rumah tangga dia lakukan pekerjaan itu bertahun-tahun, sebagai sumber penghasilan utama keluarga. Menerima pesanan serta memperbaiki gitar-gitar kayu yang rusak.

Omzet yang dia peroleh dari hasil menjual gitar itu sepanjang yang saya amati tidaklah banyak. Asumsi seminggu 1 gitar dengan harga jual 500 ribu dan laba bersih 100 ribu membuat saya mengernyitkan dahi. Berarti 100 ribu dibagi 7 hari, perhari dia hanya memperoleh uang kurang dari 15.000 rupiah.

Tentu kurang kalau mengandalkan dari hasil membuat gitar saja. Untuk itu dia juga membuat meja dan menerima servis gitar yang pemasukan keuangannya tidak banyak juga. Sebagai sumber lain sang istri juga membantu, keseharian dia menggoreng krupuk untuk dikirim ke warung-warung. Perbiji 800 rupiah.

Untuk bertahan hidup cukup, bisa makan dan menyekolahkan anak meski sering kekurangan. Apalagi di masa pandemi ini. Banyak sekolah libur sehingga omzet penjualan kerupuk juga turun drastis. Pun pesanan membuat dan memperbaiki gitar.

Sebagai warga desa, dia juga menerima bantuan saat pandemi seperti ini. Bersyukur bisa digunakan menyambung hidup. Dengan tetap mengerjakan pesanan kalau ada. Meja lipat untuk mengaji, juga memperbaiki gitar teman-temannya.

Senyum masih mengembang dengan kondisinya yang serba kekurangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun