Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Batu atau Berlian

13 Januari 2021   04:23 Diperbarui: 13 Januari 2021   04:47 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dy, pagi ini aku dihadapkan pada perih kenyataan yang sepertinya harus kutanggung. Kehilangan lagi, kepergian lagi, untuk seseorang yang sangat berarti.

Dia merupa berlian nun jauh di seberang lautan. Ingin meraih sebetulnya, mengecup kilaunya, menyimpan berlama di ruang hati, mendampingi hidup ini. 

Janjinya akan memberikan cinta walau beberapa penghalang menghadang ternyata penghias bibir saja, agar aku percaya, bahwa cinta itu masih ada. 

Dy, di tengah kesibukanku memperhatikan batu-batu yang katanya tak berharga, ada ancaman diberikan. Memilih batu atau atau berlian. Hanya karena aku sibuk mengumpulkan batu yang harus kuakui itu tak berharga sama sekali.

Tetapi Dy, hanya batu-batu itu sumber harapanku mengarungi kehidupan untuk sementara waktu ini. Perut yang lapar, kulit yang kedinginan, nafas yang tersengal, butuh asupan darurat untuk kelangsungan eksistensi agar tetap hadir di dunia ini.

Aku tak mungkin pergi mengejar berlian yang hanya memamerkan keindahan, sementara di sini, di bumiku berpijak berlian itu tidak dibutuhkan. Mengejar berlian sama dengan pungguk merindukan bulan.

Kenyataan akan kehilangan berlian meski sungguh menyesakkan lebih kupilih, daripada harus menyingkirkan batu-batu tak berharga ini yang telah sekian zaman berjasa menghidupiku. 

Aku menghargai batu ini, untuk kehidupan sulit yang sedang kujalani. Aku mencintai berlian meski sulit memiliki. 

Maka dy, kalau harus kupilih diantara batu atau kilau berlian yang ditawarkan, kupilih batu, yang telah terbukti bisa menghidupi. Bukan berlian, yang untuk mendapatkannya harus menyingkirkan batu-batu yang selama ini telah kumiliki.

Dy, aku jauh dari ambisi memiliki yang berkilau. Sesederhana itu kehidupanku. Memberikan bakti untuk orang-orang tercinta, walau hanya batu yang kudapatkan bukan berlian yang kilaunya menyilaukan.

Tapi Dy, kenapa aku sekarang ingin menangis? Padahal aku tahu berlian itu sulit kudapatkan. Saat kilaunya mulai pudar, saat tawarnya tak lagi dalam pemberlakuan, kurasakan akan kehilangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun