Kalau hanya untuk penghuni grup ide itu hanya akan jalan di tempat. Saya ingin lebih luas, agar ruh berbagi dalam balut literasi ini bergema untuk orang banyak, masyarakat Kompasianer.
Maka di postinglah ajakan menulis untuk kebaikan itu. Di Kanal Kompasiana atas nama KPB, Kompasianer Penulis Berbalas.
"Mbak aku pengen di selipin kalimat seperti 'mari kita berlomba berbuat kebaikan lewat tulisan'." Begitu pesan Mbak Widz ketika flyer pengumuman juga redaksi tayangan akan saya buat.
Sehingga berlakulah traktiran itu untuk seluruh Kompasianer. Yang bersedia memberi kado tentu saja. Tulisan tentang mereka yang membutuhkan bantuan.
3. Berbuat kebaikan. Mbak Widz telah melemparkan kail berbuat kebaikan itu. Hasilnya, 45 peserta kompasianers telah menuliskan karyanya. Mereka menulis dengan hati, agar orang yang ditulis mendapatkan kebaikan, setidaknya perhatian meski tidak memenangkan perlombaan.
Ini mengharukan sekali. Berlomba-lomba dalam kebaikan, fastabiqul khoirot nyata beraksi. Tidak pandang bulu, semua yang membutuhkan bantuan dituliskan. Rasa kemanusiaan dikedepankan, meminggirkan keakuan atas bagian dari kelompok atau golongan. Sasaran tulisan beragam. Baik agama, suku maupun rasnya. Sesuatu yang biasanya memantik persoalan.
4. Menulis buku, Awalnya hanya ingin membukukan karya sendiri, lewat komunitas, ternyata Widz Event Aniversary berbicara lebih. Pemenang mendapatkan hak membukukan karyanya secara solo. Dibiayai oleh event tersebut. Sesuatu yang tidak bisa dinilai dengan uang. Karena buku adalah tentang keabadian, bukan nilai nominal.
Baiklah, membukukan karya memang bisa dilakukan siapa saja asal punya uang, tetapi di Widz Event ini tetiba banyak orang pasang badan memberikan sumbangsihnya. Yang memungkinkan buku terbit dengan budget sangat minim. Semua itu bisa didapatkan berkat kehangatan berkomunitas, meskipun tidak pernah saling ketemu.
Ada Elang Salamina bersedia jadi design cover. Zaldy Chan editor khusus. Mbak Lilik Fatimah Azzahra, Mim Yudiarto, Giri Lukmanto rela menjadi juri karya yang masuk. Syahrul Chelsky pengumpul karya peserta juga Pak Budi Susilo, Mbak Zahrotul Mujtahidah dan Pak Fery, menjadi pemikir untuk kesempurnaan pengumpulan.
Orang-orang di balik layar pembukuan itu adalah anggota grup KPB yang waktu itu masih 50 an dan hingga kini terus bertambah. Mereka betul-betul menjadi aktor untuk memungkinkan buku antologi dengan banyak nama penulis itu terbit menjadi sebuah buku. Agar menjadi buku yang layak baca, terutama untuk referensi semangat berbagi.