Mohon tunggu...
Anis Contess
Anis Contess Mohon Tunggu... Guru - Penulis, guru

aniesday18@gmail.com. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Mari tebar cinta dengan kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ojin 8, Pinangan di Danau Ranu

31 Maret 2020   06:34 Diperbarui: 31 Maret 2020   13:52 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku tahu Ann mengerti yang kumaksudkan. Tetapi untuk menjawab cepat dia tergagap, seperti mengalami kebingungan yang luar biasa. Ibuku sedang sakit, aku tak ingin dia mendengar hal-hal yang membuatnya kecewa. Kutatap Ann lekat, pandangan memohon kupersembahkan.Terlihat gundah menyergap, Ann gagap. Aku tak tega melihatnya. Jadi kukatakan pada ibu. "Ya bu aku ingin dia yang akan menjadi istriku, tapi belum sekarang. Ibu doakan saja ya?"

Ibu tersenyum mendengar jawabanku. Sekali lagi ditatapnya Ann. "Buat Ojin jadi lelaki Indonesia ya."

Ann tersenyum, tanpa anggukan atau gelengan. Padahal aku ingin betul saksikan Ann memberikan isyarat menerima. Dia keras kepala ternyata. Sudah kubawa ke hadapan ibu, tapi belum tersentuh juga hatinya.

Secangkir teh dibuatkan Ana, istri Ebit untuk Ann. Diminum, seteguk dua. Wajah itu ada di hadapanku sekarang. Garis rahangnya keras, suaranya jelas, gurat ronanya terlihat hampa, seperti menyimpan kesedihan. Ingin kubelai pipinya mencari tahu apa yang tersimpan di sebalik wajah dingin ini. Yang meskipun begitu kusaksikan manis sekali.

"Aku pergi dulu ya, mau liput kegiatan anak-anak Englen-C. English Learner." Memecah lamunan suara jernih Ann.

"Wait a minutes. I will follow." Kuutarakan niatku ikut kegiatan Ann meliput.

Terkaget dia tak menyangka."Pardon, Do you wanna follow me to go to Ranu Lake, with your leg like that?"

"Yes, I wanna spend my time with you Ann."
Tekatku bulat. Aku bisa pakai kurk. Dari Osaka  ke Pasuruan bisa kok, masa cuma ke danau Ranu yang hanya 15 menit naik bus aku tak bisa.

Meski kusaksikan keengganan pada sikap Ann, akhirnya kami pergi juga. Naik bus jurusan Jember dengan sopir yang ugal-ugalan. Rem mendadak seolah kebiasaan. Untung Ann mau kupegang lengan, sehingga aku sedikit tenang. Tidak mau awalnya, tapi melihat kondisiku yang pucat pasi, dia kompromi. Hanya lengan saja, yang terbungkus baju. Tidak boleh jari, apa lagi menggenggam. Padahal, sungguh aku ingin sekali.

Perempatan Semambung, itu yang dikatakan Sam, anggota komunitas kawan Ann yang akan menjadi penunjuk arah kami. Di sana kami berhenti. Disambut Sam, anak muda yang memanggil mbak pada Ann.

"Ini siapa mbak Ann, ikut acara juga?" tanya Sam ketika kami turun dari Bus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun