Di terminal Landungsari rupanya tak banyak bis yang beroperasi, penumpang rela berdesakan asal bisa ikut masuk ke dalam bis. Dari dua jurusan yang ada, Jombang dan Kediri, sama sama disesaki penumpang. Mau tidak mau aku ikut memasuki bus tersebut, menjadi bagian dari penumpang. Posisi berdiri kudapatkan, masih berjumpa emak emak, ada sapa, ada tanya, ada keramahan, khas penduduk Indonesia. Mampu membunuh rasa enggan ketika tahu harus berdesakan.
Meski harga karcis ditarik lebih tinggi 20 % an dari harga normal, tak kami permasalahan. Biasanya ada kembalian 2000 bila kuberikan uang 10.000 kali itu sang kondektur sembari tersenyum berkata," Pas ya Mbak."
Sambil senyum pula kujawab penuh pengertian," Iya, gak papa, lebaran ini."
Bagiku, cuma menambah 2000 saja apa salahnya, cara sederhana, gak pake ribet membuat orang bahagia.
Bis melaju dengan kecepatan sedang, tak bisa kencang, secara kemacetan aering menghadang di depan. Musim orang bepergian, volume kendaraan pribadi nsmpak memenuhi ruas jalan. Satu jam lebih aku baru sampai di tempat tujuan, lega rasanya bisa keluar dari himpitan orang.Â
Hawa segar pegunungan kuhirup pelan. Selalu kurindukan kampung anak anakku dibesarkan. Tiba di rumah langsung kuguyur badan dengan air, membersihkan diri, siap pergi ke rumah saudara yang sedang ada pertemuan keluarga. Â Salim, salaman berpelukan. Berbagi kehangatan, tak ada sekat pangkat. Yang ada hanya hubungan kerabat. Duhai, indahnya silaturahmi. Inilah bagian dari lebaran yang selalu kurindukan.
06 Juni 2019