Mohon tunggu...
Naufal HirzanRiziq
Naufal HirzanRiziq Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar/Mahasiswa

Hello...!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Stoikisme dan Ajaran Islam

1 Desember 2022   00:40 Diperbarui: 1 Desember 2022   00:45 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama hidup di dunia ini pasti akan selalu ada obstacle obstacle yang menghadang, tidak selamanya hidup kita akan berjalan mulus seperti yang kita bayangkan atau bahagia seperti yang kita harapkan. Islam mengajarkan banyak cara agar hidup ini selalu dinaungi kemudahan dan menjadikan berbagai macam kesusahan menjadi kemudahan yang tentunya dengan kuasa Tuhan

Baru baru ini seringkali muncul di media sosial sebuah konsep pemahaman yang mengajarkan bagaimana agar manusia mampu menjaga ketenangan dalam berfikir secara rasional dan hanya berfokus pada hal-hal yang bisa dikendalikan atau yang sering dikenal dengan istilah Stoikisme

Ditengah hiruk pikuk persoalan dan derasnya akses informasi yang tak terkendali ditambah kegalauan diri membuat masyarakat kita memiliki fear of missing out(FOMO) yang tinggi, mungkin hal inilah yang membuat stoikisme sering dibicarakan di medsos akhir akhir ini, lantas

Apa itu sebenarnya stoikisme?

Sekitar tahun 300 sebelum masehi, seorang pedagang dari Syprus pergi menyebrangi laut mediterania dari Phoenichia ke Peiraeus. Kapal yang ditumpanginya karam dan barang dagangan yang ia bawa juga lenyap, padahal barang itu bernilai sangat tinggi pada masanya. Terdamparlah ia di suatu kota berperadaban maju bernama Athena. Disana banyak filsuf-filsuf terkemuka.

Di tengah keadaan yang sulit, pedagang yang bernama Zeno itu bertahan hidup dan belajar dengan filsuf-filsuf tersebut, hingga menyebarkan pemikirannya sendiri. Ia mengajari murid-muridnya di sebuah selasar, yang dalam bahasa Yunani disebut stoa. Maka sejak saat itu, pandangan Zeno dan pengikutnya dikenal dengan stoisisme.

Stoisisme bukan sebuah agama, menurut Haidar Bagir dalam bukunya Buku Saku Filsafat, stoisisme bukan termasuk filsafat spekulatif dan tematik, melainkan sebuah pandangan hidup mendalam dengan memerhatikan emosi manusia.

Ajaran inti dari pandangan ini adalah  pengendalian emosi negatif, yang menurut stoik -- penganut ajaran stoisisme -- merupakan sumber ketidakbahagiaan. Dalam pandangan stoisisme, ada hal yang bisa kita kendalikan dan ada yang tidak (things we can control and not). Hal yang dapat dikendalikan hanya dua, pikiran dan tindakan. Termasuk di dalamanya ide, gagasan, opini, harapan, dan sebagainya. Lalu, hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah diluar pikiran dan tindakan seperti kekayaan, pendidikan, kecantikan, jabatan, dan lain-lain.

Manusia dapat dikatakan rasional ketika ia dapat memikirkan dengan baik hal hal yang dapat dikendalikan. Pada saat ia mulai memusingkan hal hal yang ada diluar kendalinya maka dapat dikatakan bahwa ia sudah tidak rasional, akan tetapi bukan berarti stoisisme mengajarkan seseorang hanya berpasrah diri saja melihat banyak hal tidak dalam kendalinya.

Disinilah stoisisme berpesan bahwa manusia tidak perlu mengkhawatirkan hal hal yang ada diluar kendalinya. Hal-hal yang terjadi di luar kendali itu sudah menjadi hukum alam dari rangkaian kejadian-kejadian sebelumnya. Maka dari itu solusi yang dapat kita ambil adalah amor fati yaitu sikap untuk mencintai apa yang terjadi saat ini.Dan menurut stoisisme kebahagiaan itu murni berasal dari dalam diri.

Stoikisme dalam Islam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun