Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan) adalah terikan yang sangat terkenal dalam menuntut demokrasi, inilah yang menyebabkan demokrasi selalu berada dalam bahaya, seperti telur diujung tanduk yang harus dijaga keseimbangannya jika tidak maka kekanan akan jatuh kepada OTORITARIANISME baik otoritarianisme Kolektif ataupun otoritarianisme Individu sebaliknnya jika jatuh kekiri maka akan jatuh kepada ANARKISME massa, yang sama brutal dan destruktifnya dengan otoritarianisme.
Penulis berpendapat bahwa Demokrasi di Indonesia yang terkandung dalam Pancasila adalah DEMOKRASI BERKETUHANAN, inilah yang menjadi dasar seluruh tindakan demokrasi dalam bernegara dan berbangsa di Indonesia. Demokrasi yang kita anut bukan demokrasi sekuler, juga bukan demokrasi terpimpin (yang mirip dengan otoritarianisme) tetapi DEMOKRASI BERKETUHANAN dimana Sila pertama “Ketuhanan yang Mahaesa” menjadi dasar dari kemajemukan bangsa Indonesia dalam berdemokrasi, keyakinan bahwa ada Tuhan Yang Mahaesa yang berdaulat atas segala sesuatu menjadikan kehidupan menjadi sesuatu yang indah dan damai, termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang rakyatnya majemuk terdiri dari banyak suku bangsa, dan bahasa , agama, dsb.
Problema Suara Rakyat?
Betulkah semboyan “Suara rakyat adalah suara Tuhan” ? seringkali para politikus mengatakan kalimat tersebut, kemudian dibalas dengan kalimat yang sama kerasnya “rakyat yang mana?”. Disinilah penulis menegaskan tidak setuju dengan semboyan tersebut diatas. Semboyan “SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN bukanlah semboyan yang benar dalam demokrasi berketuhanan, karena pada kenyataannya suara rakyat bisa dibeli oleh mereka yang memiliki uang untuk mendapat kuasa, suara rakyat dapat dimanipulasi oleh mereka yang memiliki akses terhadap kekuasaan. Apalagi bagi rakyat miskin dan yang kurang pendidikannya, ditawar dengan harga yang murahpun suaranya dijual untuk ditukar dengan sepiring nasi supaya bisa hidup hari itu. Semboyan demokrasi seperti ini akan memecah belah rakyat dan bangsa Indonesia.
Suara Hati Nurani
Dalam DEMOKRASI BERKETUHANAN, seharusnya semboyan yang benar adalah Vox Conscientia Populi Vox Dei, SUARA HATI NURANI RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN,
Dalam bahasa latin kata “hati nurani” Conscientia artinya kesadaran. Conscientia terdiri dari dua kata yaitu CON dan SCIRE. Con berarti bersama-sama dan Scire berarti mengetahui. Jadi Conscientia berarti mengetahui secara bersama-sama. Disini hati nurani mengandung makna dengan sadar mengetahui bersama-sama antara diri sendiri dengan Tuhan yang menciptakan hati nurani dan menanam kebenarannya dalam hati manusia. Disini fungsi hati nurani sebagai wakil Tuhan didalam hati setiap manusia dinyatakan.
Dengan teriakan Vox Conscientia Populi Vox Dei, SUARA HATI NURANI RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN, artinya sekarang rakyat dengan kesadarannya mengetahui bersama-sama dengan Tuhan. itulah sebabnya suara hati nurani rakyat tidak bisa menipu dan ditipu, suara hati nurani rakyat tidak mungkin diperjual-belikan, suara hati nurani rakyat itu bersama-sama meneriakkan keseragamanan tuntutan yang paling hakiki, tanpa membedakan status, agama, suku, golongan, partai atau apapun. suara hati nurani rakyat itu tunggal, sedangkan suara rakyat itu jamak, SUARA HATI NURANI RAKYAT ADALAH SUARA KEBENARAN.
Indikator suara hati nurani rakyat
Paling tidak sila ke dua dari Pancasila, “Kemanusiaan Yang Adil dan beradab”menjadi indikator penting dalam menilai dan mendengar Suara Hati Nurani Rakyat. Dalam bahasa Indonesia kata Adil seringkali mengandung distorsi makna, dalam bahasa Yunani “Dikaiusyne” diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan keadilan atau kebenaran, tetapi penulis lebih suka menterjemahkannya “Keadil-Benaran” atau “Kebenar-adilan”, karena keadilan harus mengandung kebenaran, dan kebenaran harus terkandung keadilan, Keadilan harus ditegakkan diatas kebenaran dan kebenaran harus menuntut keadilan. Tuntutan suara hati nurani rakyat yang bertanya, apakah rakyat telah diperlakukan secara manusiawi secara beradab?, apakah rakyat telah diperlakukan dalam keadil-benaran dalam hidup berbangsa dan bernegara di Indonesia?
Disinilah dibutuhkan kepekaan seorang pemimpin mendengar suara hati nurani rakyat yang memilihnya, Baik Presiden, DPR/DPRD/DPD yang dipilih oleh rakyat, ketika mereka telah terpilih maka harus mendengar SUARA HATI NURANI RAKYAT, tanpa lagi bertanya rakyat yang mana yang memilih saya. Demikian sebaliknya rakyat dalam melakukan tuntutannya kepada Pemerintah/DPR/DPRD/DPR tidak melakukan tindakan anarkisme yang bertentangan dengan hati nuraninya sendiri, karena yang dituntut adalah suara hati nuraninya sendiri.
Vox Conscientia Populi Vox Dei. Inilah Demokrasi BERKETUHANAN. Salam Demokrasi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI