Isu tentang mundurnya walikota Surabaya, Tri Rismaharini, kian santer dihembuskan oleh media massa. Hal ini sangat meresahkan warga Surabaya, karena hadirnya bu Risma sebagai walikota Surabaya menjadi angin sejuk bagi warga Surabaya. Puncaknya adalah hadirnya petisi dukungan warga Surabaya untuk bu Risma. Tidak main-main, ada tiga petisi untuk mendukung bu Risma tetap menjadi walikota Surabaya, bahkan salah satu petisinya digagas oleh warga Batam[1].
Sejak turunnya Bambang DH sebagai wakil walikota dan dilantiknya wakil walikota yang baru, Wisnu Sakti Buana, tekanan terhadap bu Risma memang semakin hebat. Sebetulnya ini hanya satu letupan dari masalah panjang pertentangan antara bu Risma dan DPRD Surabaya yang sudah lama berlangsung. Awal-awal bu Risma menjadi walikota, DPRD Surabaya sudah pernah menghembuskan isu penurunan akibat masalah penertiban reklame. Bahkan tanggal 31 Januari 2011, DPRD menggelar hak angket untuk menurunkan bu Risma[2]. Yang lebih hebat lagi, waktu itu ketua DPRDnya adalah Wisnu Sakti Buana yang saat ini menjadi wakil walikota.
Isu lain adalah penolakan bu Risma terhadap proyek tol dalam kota Surabaya. Ini juga menjadi pertentangan antara bu Risma dan DPRD. Bahkan ini membuat PDIP Surabaya memajukan Wisnu Wardana menjadi wakil walikota tanpa berdiskusi terlebih dahulu dengan bu Risma sebagai walikota[3]. Tentu ini mengundang banyak pertanyaan. Bagaimana mungkin seseorang menjadi wakil dari orang lain tanpa persetujuan orang yang akan diwakili.
Pertanyaan lain, kok bisa partai yang menjadi kendaraan seseorang untuk menjadi walikota bisa menelikung seperti itu. PDIP melalui wakil sekjennya menyatakan bahwa ini hanya dinamika politik lokal dan tidak ada hal yang prinsip yang dipertentangkan[4]. Bahkan mereka menduga ada intrik-intrik dari partai lain untuk menyabotase bu Risma[5]. Cara berpikir yang menggampangkan sebuah masalah. Ketidak-cocokan walikota dan wakilnya bukanlah hal yang remeh. Saya yang awam tidak bisa mengerti jalan pikiran ini. Atau logika saya yang tidak nyampai.
Ini akan berimbas pada jalannya pemerintahan. Tentu saja ini merupakan tekanan yang cukup berat buat bu Risma. Wajar saja bila warga Surabaya melihat hal ini dengan perasaan gemas dan marah. Bagaimanapun juga ini akan mengganggu pembangunan kota Surabaya yang saat ini dirasakan banyak kemajuan. Pada akhir-akhir ini, meski hujan mengguyur dengan lebat, banyak daerah yang langganan banjir menjadi tidak lagi mengalami banjir yang berarti. Pembangunan gorong-gorong dan perbaikan saluran air merupakan salah satu program pemkot Surabaya di bawah komando bu Risma yang dirasakan oleh warga Surabaya. Belum lagi masalah lain yang mungkin sudah banyak dibahas.
Dalam pikiran saya yang awam, saya lebih memilih untuk mempertahankan bu Risma sebagai walikota Surabaya dan memecat wakil walikota yang sudah jelas-jelas mempunyai banyak pertentangan. Bila masalah ini berlangsung terus tanpa penyelesaian yang pasti, bukan tidak mungkin ini akan membuat warga Surabaya (termasuk saya) akan menutup pintu hati untuk memilih parpol-parpol yang ikut serta bermain di balik isu mundurnya bu Risma sebagai walikota Surabaya.
Sumber:
[1] http://nasional.news.viva.co.id/news/read/482284-tak-ingin-wali-kota-surabaya-mundur--muncul-3-petisi-dukung-risma, diakses tanggal 19 Feb 2014 jam 10:11.
[2] http://news.bisnis.com/read/20140213/15/203060/biografi-walikota-surabaya-tri-risma-pernah-dipaksa-turun-pada-2011, diakses tanggal 19 Feb 2014 jam 10:22.
[3] http://www.tempo.co/read/news/2014/02/17/078554894/Wali-Kota-Risma-Didesak-Mundur-karena-Tolak-Tol, diakses tanggal 19 Feb 2014 jam 10:29.
[4] http://politik.news.viva.co.id/news/read/482261-pdip-ungkap-penyebab-risma-ingin-mundur-dari-wali-kota-surabaya, diakses tanggal 19 Feb 2014 jam 10:33.