Mohon tunggu...
Anggun Paramarta
Anggun Paramarta Mohon Tunggu... Freelancer - Biasakan diri untuk terus menulis

Blog : anggunpara.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Arigat, Ivoy

7 April 2020   15:23 Diperbarui: 7 April 2020   15:34 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang hari saat itu, aku tengah duduk santai di teras depan rumah. Tiba-tiba kau datang lewat di depanku, dengan luka di sekitar perutmu yang sedang hamil. Kau mengeong lemah. Aku yang tak suka kucing, entah kenapa jadi merasa iba saat melihatmu.

Kupanggil dirimu, dan kau pun berjalan menghampiriku dengan perlahan. Mungkin kau merasa lelah dan kesakitan sehingga kau membaringkan tubuhmu di teras rumah. Aku masuk kembali ke dalam rumah, mencari sesuatu yang bisa kau makan. Untungnya, hari ini ibuku memasak ayam goreng.

Aku ambil 1 paha ayam goreng itu, lalu aku suwir-suwir dan kutaruh di tutup toples plastik, aku ambilkan air. Aku taruh makanan dan minuman tadi di hadapanmu. Kau pun mengangkat kepalamu dan memakannya dengan lahap. Saat kau sedang makan, kubersihkan lukamu dengan air hangat dan ku obati luka itu dengan betadine.

Saat kau sudah selesai makan, aku berkata padamu : "pergilah, cari tempat tidur yang kau pikir aman. Jika kau lapar lagi, kau bisa kesini dan aku akan memberimu makan lagi." Seolah mengerti apa yang kukatakan, kau bangkit dan mengeluskan kepalamu di kakiku sebelum berjalan pergi.

Aku yang melihatmu pergi, ingin sekali menahanmu dan merawatmu hingga sembuh. Tapi aku tidak bisa langsung melakukan itu tanpa izin bapak. Aku tidak ingin badanmu yang sedang luka itu menjadi tambah sakit saat bapak menendangmu. Bapak tidak suka dengan kucing, tepatnya tidak suka jika aku memelihara binatang sedangkan aku masih belum bekerja dan baru kuliah.

Aku bercerita pada ibu tentang dirimu, tentang kondisimu. Ibu bertanya padaku apakah aku telah memberimu makan. Jika nanti kau kemari lagi, ibu juga ingin melihatmu. Meski ibu sebenarnya tidak suka kucing, saat kuceritakan kindisimu ibu sama sepertiku jadi merasa iba. Luka di perutmu seperti luka sayatan yang panjang, tapi untungnya tidak dalam. 

Sore harinya, sekitar jam 5 kau kesini lagi dan saat itu ibulah yang sedang duduk di teras seraya membaca koran.

"Dek, dek..ini kucing yang kamu maksud, bukan?"  Panggil ibu kepadaku.

Aku yang saat itu berada di kamar langsung berlalri ke luar dan ternyata benar. Kau datang lagi! Aku langsung mengambil sepotong ayam lagi dan menyuir-nyuirnya lalu mencampurnya dengan nasi seperti apa yang ibu katakan padaku siang tadi agar kau merasa lebih kenyang.

Aku membawa makanan yang telah aku siapkan dan kuberikan padamu. Kulihat ibu sedang mengecek kondisi lukamu. Setelah itu, ibu kembali duduk di kursi di sampingku. Kami berdua pun melihatmu makan dengan lahap.

"Dek, besok pagi-pagi kamu ke warung buat beliin dia ikan. Ikan pindang (ikan cuwe)."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun