Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Content Writer

💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Love

Mothering dalam Hubungan: Pandangan dari Perspektif Psikologis dan Budaya

12 Februari 2025   22:55 Diperbarui: 12 Februari 2025   22:55 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Mothering, dalam konteks hubungan modern, itu adalah sebuah fenomena yang mengacu pada situasi, di mana seorang perempuan yang lebih dewasa (mature), kerap kali memiliki peran dominan dalam sebuah hubungan, yakni untuk mendukung dan membimbing pasangannya, yang kurang dewasa. 

Ini bahkan dapat melibatkan banyak hal, termasuk dukungan emosional, membantu pengambilan keputusan, serta mengarahkan pasangannya dalam berbagai aspek kehidupan. Tentunya, dalam konteks hubungan yang modern, adanya perubahan peran gender dan dinamika hubungan seperti ini, akan sangat membawa tantangan baru bagi kedua belah pihak dalam menjalin sebuah hubungan.

Nah, kenapa hal ini bisa terjadi? Tentu, fenomena mothering, dapat terjadi karena salah satu alasannya, secara psikologi, bahwa insting alami seorang perempuan untuk merawat dan melindungi, itu terdorong secara alami, karena perempuan ini melihat, ada faktor-faktor dari pasangannya ini yang tingkat kedewasaannya itu rendah, kurang bertanggung jawab, dan karena juga ada kebutuhan untuk merasa dibutuhkan, sehingga hal ini memicu perempuan bersikap mothering terhadap pasangannya.

Ini tentunya akan memiliki dampak positif dan negatif hingga mengakibatkan adanya kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Dampak positifnya, perempuan akan merasa bahwa peran mothering ini sebagai sesuatu yang membuat dirinya puas karena merasa telah membantu pasangannya untuk bertumbuh.

Akan tetapi, dampak negatifnya, jika peran ini terlalu dominan, maka pasangannya itu akan mengalami kelelahan emosional dan fisik, karena seolah-olah tuntutan dan pengaturan dari perempuan tersebut terhadap pasangannya itu, menciptakan ketidakseimbangan peran, yang lama-lama akan memicu frustrasi dan ketidakpuasan dalam sebuah hubungan, karena si laki-laki merasa hal-hal yang dianggap "perubahan yang lebih baik" itu sebagai sebuah keterpaksaan.

Dalam konteks ini, pasangan yang kurang dewasa, barangkali merasa bahwa ia telah mendapat dukungan emosional, dan bimbingan, yang bisa membantu mereka untuk bertumbuh, akan tetapi hal itu menjadi sebuah ketergantungan yang terlalu tinggi sehingga secara pribadi, mereka jadi kurang inisiatif, dan tidak berkembang menjadi lebih baik atas dasar diri mereka sendiri. 

Bahkan, dari perspektif budaya, hal ini sangat mempengaruhi peran gender dalam hubungan, yang mana di banyak budaya, perempuan kerap kali diharapkan bisa menjadi seorang "pengasuh utama" dalam keluarga, sehingga hal ini mempengaruhi dinamika hubungan, di mana perempuan akhirnya juga mengambil peran mothering terhadap pasangannya.

Walaupun demikian, saat ini peran gender dalam masyarakat modern telah banyak mengalami perubahan signifikan, yang mana perempuan, kini semakin banyak yang aktif di dunia kerja, dan banyak laki-laki yang mulai berbagi tanggung jawab rumah tangga terkait pembagian tugas, yang bukan semata-mata, perempuan saja yang mengurus rumah tangga, akan tetapi di era modern saat ini, banyak pasangan yang menyeimbangkan hal tersebut, untuk menavigasi perubahan yang ada, dengan komunikasi yang baik dan saling pengertian 

Tentunya, hal itu bisa diseimbangkan dengan adanya komunikasi yang jujur dan terbuka, yang menjadi hal penting dalam sebuah hubungan. Terkait banyaknya hal yang perlu untuk didiskusikan, dengan tujuan agar kedua belah pihak memiliki batasan, serta untuk menyeimbangkan peran dan mencegah adanya ketidakseimbangan. 

Nah, dari sanalah, barang kali, pasangan yang kurang dewasa perlulah dan harus untuk berusaha bertumbuh dan berkembang secara mandiri, karena walaupun ada dukungan emosional, dan dorongan dari pasangan, maka inisiatif untuk menjadi lebih dewasa, menjadi hal yang penting untuk mencapai sebuah keseimbangan dalam hubungan.

Tentulah, di sini sebagai perempuan yang lebih dewasa, maka perempuan tersebut tetap perlu menetapkan batasan yang sehat, untuk akhirnya tidak merasa terbebani dengan peran modern ini terhadap pasangannya, karena walaupun demikian, laki-laki dan perempuan ini harus tetap berusaha menjaga keseimbangan dengan saling mendukung dan menghargai peran masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun