Mohon tunggu...
Gadget Pilihan

Cinta Visual Generasi Millenial

22 Februari 2019   15:30 Diperbarui: 22 Februari 2019   16:13 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai "Generasi Millenial", pasti yang terbesit di benak kita adalah kata "teknologi". Betul sekali, tidak dapat dipungkiri bahwa generasi millenial memang sangat erat hubungannya dengan teknologi.  Teknologi seakan sudah mendarah daging pada diri setiap generasi millenial. Ibarat makan nasi, tanpa teknologi generasi millenial akan lapar akan informasi. Begitulah perkembangan teknologi saat ini. Dimana segala sesuatu bisa dengan mudah diakses dan didapatkan hanya dengan menggunakan teknologi yang berkembang pesat ini. Dalam menanggapi hal ini, generasi millenial sangat aktif untuk membangun perkembangan kognitifnya.

Pemikiran-pemikiran yang lebih terbuka dan modern menjadi andalan. Sehingga generasi millenial memiliki pola pikir sendiri dalam menghadapi masalah, menciptakan inovasi-inovasi baru, dan ide-ide cemerlang demi kemajuan bangsa. Adanya perkembangan teknologi yang semakin pesat ini, dapat meningkatkan kemampuan para generasi millenial dalam aspek pembelajaran, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Internet menjadi senjata utama generasi millenial untuk mempertimbangkan berbagai macam alternatif pemikiran yang akhirnya akan berdampak pada luasnya wawasan mereka.

Lalu bagaimana dengan kebutuhan sehari-hari mereka? Apakah mereka hanya mengandalkan teknologi yang ada? Iya, sudah menjadi rahasia publik bahwa generasi millenial hanya perlu mengandalkan perkembangan teknologi yang ada. Para generasi millenial, sudah bisa tercukupi segala kebutuhannya hanya dengan menguasai perkembangan teknologi yang ada. Ketika lapar? Mereka tidak akan bingung, mereka tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mengisi kekosongan perutnya. Ketika ingin mendapatkan sesuatu? Mereka tidak perlu khawatir, hanya dengan bermodal klik-klik di layar gadgednya, barang sudah sampai di depan pintu, hal ini didukung oleh perkembangan e-commerce yang begitu pesat.

Apalagi yang tidak dapat diraih oleh generasi millenial dengan adanya teknologi? Ibarat kata, dengan bermodal teknologi, mereka sudah bisa menggenggam dunia. Tunggu, lalu bagaimana dengan cinta? Masihkan generasi millenial membutuhkan cinta ketika segalanya bisa didapat melalui teknologi? Andaikan teknologi bisa berkata pasti ia akan mengatakan, "tidak usah khawatir masalah cinta! Jodoh urusan belakangan! Aku bisa membantumu untuk mendapatkan rasa cinta melalui diriku ini, bahkan aku bisa mendatangkan jodohmu!"memang benar, urusan cinta bukan menjadi masalah yang dibutuhkan ketika generasi millenial telah mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi bisa memberikan cinta dan kasih sayang melalui aplikasi-aplikasi yang bisa  untuk menemukan jodoh. Seperti bigo live, tinder, dan aplikasi-aplikasi lainnya. Cinta bukan menjadi masalah ketika generasi millenial telah mengikuti perkembangan teknologi.

Tidak dapat dipungkiri, di era globalisasi ini memang mustahil ketika kita ingin menghindari teknologi. Tetapi lihatlah para generasi millenial yang tidak bisa lepas dari teknologi dan media sosial, seakan-akan mereka menjadi sebuah patung yang tak bisa mendengar dan tak bisa melihat sekitarnya. Mereka menjadi pribadi yang apatis, tidak peduli dengan apapun kecuali gadged yang digenggamnya. Ketika kita beranggapan bahwa teknologi bisa menggantikan cinta dan kasih sayang, itu hanyalah hal yang fana.

Dengan perkembangan teknologi, generasi millenial akan terlalu sibuk dengan gadged yang digenggamnya daripada peduli terhadap orang-orang disekitarnya. Perkembangan teknologi telah mendekatkan orang-orang jauh yang bahkan asing bagi mereka, tetapi menjauhkan orang-orang terdekat disekitar mereka. Contohnya ketika para generasi millenial sedang berkumpul bersama teman-temannya, apa yang mereka lakukan? Hanya sibuk memandangi gadgednya daripada saling bertukar pikiran untuk mempererat cinta dan tali persaudaraan. Hal itu juga terbukti dengan gaya "pacaran" generasi millenial dengan zaman dahulu. Para generasi millenial memang sedang tampak berpacaran, karena terdapat dua sejoli yang duduk bersama.

Tetapi apakah mereka saling peduli satu sama lain? Ataukah mereka hanya peduli dengan gadget mereka? Coba kita bandingkan dengan gaya berpacaran zaman dahulu, yang harus saling mengirim surat, yang ketika bertemu selalu tersipu malu karena harus bertatap mata. Tetapi bukti cinta dan perjuangan cinta, seakan-akan lebih terasa pada gaya pacaran zaman dahulu. Cinta dan kasih sayang adalah hal yang patut kita rasakan secara nyata. Tidak hanya sekedar cinta dan kasih sayang secara visual. Terkadang para generasi millenial telah lupa, bahwa ada cinta dan kasih sayang nyata yang benar-benar membutuhkan perhatian mereka. Cinta dan kasih sayang orang-orang berharga tidak bisa terealisasikan melalui teknologi semata. Sebagai contoh, cinta orang tua kepada anaknya.

Hal ini adalah cinta yang benar-benar nyata adanya. Meskipun kita bisa mendapatkan kasih sayang orang tua kita melalui berbagai macam perkembangan teknologi yang ada, kebutuhan cinta kita tidak terpenuhi. Pada suatu titik, kita pasti akan rindu belaian kasihnya, masakan spesialnya, dan juga omelannya.

Generasi millenial pasti akan berasumsi bahwa kita bisa menggunakan fitur video call, kita bisa telepon jarak jauh setiap hari. Itu hanya sekedar pengobat rindu. Bukan cinta dan kasih sayang yang sesungguhnya. Cinta dan kasih sayang perlu dirasakan melalui perbuatan dan respon secara langsung kepada kita secara nyata, bukan sekedar visual. 

Seupdate bagaimana pun generasi millenial terhadap perkembangan teknologi, tetap saja mereka membutuhkan cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang yang bisa membawa mereka menuju kebaikan, dan mengontrol perkembangan emosional mereka. 

Referensi

Ainiyah, N. (2018). Remaja Millenial dan Media Sosial. JPII , 227-228.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun