Mohon tunggu...
Angger Wiji Rahayu
Angger Wiji Rahayu Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bermimpi menjadi penulis. Karena dunia yang kita lihat hanyalah representasi. www.anggerwijirahayu.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Statistik, Dekat dengan Kita

15 November 2012   11:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:18 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

'Apa Beda Statistik dengan Logistik bu?", tanya seorang mahasiswa polos kepadaku September 2012 silam. Ada juga yang bertanya : 'Badan Pusat Statistik itu mengurusi apa mbak?', tanya seorang PNS daerah kepadaku. 'Kenapa saya yang harus diwawancara mbak?', tanya seorang responden survei. 'kenapa sawah ini yang kena sampel mbak, ini kan padi jelek, seharusnya gak begitu', kata seorang PPL Pertanian kepadaku.

Ternyata dimasyarakat, masih banyak yang belum familier dengan kata statistik, bagaimana bekerjanya dan digunakan untuk apa. Saya setengah mati terkejut ketika seorang mahasiswa disebuah perguruan tinggi bertanya kepada saya yang sedang memberikan pengantar tutorial mata kuliah Pengantar Statistik Sosial. Sederhana sekali pertanyannya beda 'statistik' dan 'logistik', kedua kata ini sama-sama berakhiran 'tik', yang saya tebak pasti sang mahasiswa berfikir kedua kata tersebut saling berkaitan.

Pada kasus kedua, pertanyaan yang muncul adalah apa yang dilakukan oleh sebuah instansi yang konsen mengurusi 'data statistik'. Untuk apa data tersebut? Mengapa data dibutuhkan? Pertanyaan itu merupakan runtutan pada pertanyaan kasus kedua. Kasus ketiga, seorang responden bertanya mengapa dia menjadi salah satu orang yang harus saya wawancara, bukan tetangganya ataupun pak Kades saja, atau orang yang duduk dibangku kepengurusan pemerintahan saja. Saya berfikir, responden tersebut dalam dua pilihan suka diwawancara karena merasa spesial atau kebalikannya, kerepotan dan tak suka jika harus diwawancara. Kasus keempat hampir sama dengan kasus ketiga, namun kasus ini lebih menekankan pada pertanyaan 'apakah metodologinya sudah tepat? Representatifkah untuk mewakili kebutuhan yang kita cari? Ataukah hanya sekedar angka yang ditembak diatas kertas saja?

Dekade ini ketika melihat data semua orang akan terpusat pada BPS sebagai leading sector. Tentu saja betul, karena BPS merupakan instansi pemerintah yang dibentuk untuk menjalankan mandat Undang-Undang, yang diatur dalam UU No 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Dalam UU tersebut, jelas bukan hanya BPS satu-satunya lembaga yang diakui oleh Negara sebagai lembaga yang konsen dalam menangani kegiatan statistik, bisa perorangan ataupun swasta. Namun, BPS merupakan leading sector bagi pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan datanya.

Membedah Statistik

Statistik berbeda dengan statistika. Dalam UU No 16 Tahun 1997, ayat 1, poin 1 dijelaskan bahwa : 'statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antarunsur dalam penyelenggaraan statistik'. Sedangkan statistika adalah ilmu yang mempelajari mengenai statistik. Dalam ayat 1 poin 2 dijelaskan pula bahwa, Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakteristik (ciri-ciri khusus) suatu populasi. Lebih sederhananya, statistik merupakan data yang berupa angka, sedangkan statistika adalah ilmunya, dan data adalah informasi berupa angka dalam suatu populasi.

Data sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan adaptasi dalam proses pembangunan. Data yang akurat dan lengkap, tentu saja akan dapat menghasilkan perumusan kebijakan dan  perencanaan pembangunan secara baik dan realistis. Misalnya : jumlah penduduk miskin, daerah yang belum mendapatkan akses listrik, air bersih dsb.

Data statistik selalu dekat masyarakat. Sehari-hari setiap orang akan berhubungan dengan data statistik, siapa saja tidak terkecuali. Misalnya : masih adakah stok beras dirumah, atau cukupkah stok beras hingga akhir bulan, rata-rata bayar listrik dalam tahun 2011 berkisar 70 ribu, dan masih banyak contoh lainnya. Contoh tersebut hanya sebagian dari kegiatan yang kita lakukan namun sebenarnya kita menggunakan data dalam pengambilan keputusan. Sangat dekat bukan?

Nah, apakah metode nalar dalam kegiatan sehari-hari sudah dapat dikatakan kita menggunakan statistik. Tentu saja belum, karena statistik merupakan informasi berupa angka yang dikumpulkan melalui kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah berarti kita berpikir secara rasional dan bebas dari subjektifitas. Kita berada netral, agar angka yang ada tidak berpihak pada satu golongan tertentu. Namun bukan berarti subjektifitas itu tidak rasional lho, subjektifitas sangat rasional, kalau tidak mari beramai-ramai kita ganti isi kepala kita (baca : otak) dengan batu saja :). Bahasan ini nanti akan saya perjelas dengan penjelaskan mengenai beda data kuantitatif dan kualitatif pada tulisan selanjutnya.

Sederhananya, statistik menggunakan metodologi yang teruji secara ilmiah untuk menghasilan suatu data. Jadi tidak sembarang orang atau sampel yang dapat diwawancara, karena hasilnya akan berbeda. Oya, dalam statistik ada dua metode yang biasa digunakan, pertama sensus dan kedua survei. Dalam UU Statistik, ayat 8 dan 9 dijelaskan bahwa :

'Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua unit populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu populasi pada saat tertentu'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun