Rempah-rempah merupakan bahan hasil pertanian yang digunakan sebagai sumber citarasa dan aroma. Rempah–rempah ini sebagian mengandung oleoresin sehingga citarasa dan aromanya tajam serta spesifik. Dalam kehidupan sehari–hari rempah–rempah ini sering dimanfaatkan dalam industri parfum, farmasi, flavor, pewarna dan lain–lain (Muchtadi dan Sugiono, 1992).
Menurut Kresnawaty dan Zainudin (2009), beberapa tahun belakangan ini telah banyak untuk menemukan antioksidan dan antibakteri alami yang bersumber dari tanaman, khususnya tanaman-tanaman asli Indonesia.Aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh senyawa metabolit sekunder tanaman sangat penting karena dapat berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang dapat melindungi dari penyakit kardiovaskaler, oksidasi liprotein densitas rendah (LOL) dan beberapa penyakit kanker lainya.Selain itu juga diketahui memiliki peran dalam mekanisme pertahanan terhadap mikroorganisme, serangga dan herbivore.Aktivitas ini dimiliki karena kemampuanya membentuk kompleks dengan protein yang larut dan protein ekstraseluler dan dapat membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri, sehingga ini dapat berfungsi sebagai anti bakteri.Aktivitas antioksidan dan antibakteri ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan tambahan makanan yang menjaga makanan dari ketengikan dan kontaminasi bakteri.
Menurut Supardi dan Sukamto (1999), patogenitas E.coli akan menimbulkan sindroma klinik yaitu gastroenteritis akut yang menyerang terutama anak-anak di bawah 2 tahun, serta infeksi diluar saluran pencernaan yaitu infeksi saluran kemih, abses usus buntu, peritonitis, dsb. Selain itu ada pula bakteri yang dapat menyebabkan keracunan yaitu dari golongan Staphylococcus aureus, yang bersifat enterotoksigenik, yaitu yang memproduksi enterotoksin.S. aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lender dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan.
Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk, perubahan permeabilitas membrane sitoplasma sehingga menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel. Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan (Kusmiyati dan Agustini, 2007).
Salah satu senyawa antibakteri adalah rempah-rempah. Rempah-rempah memiliki senyawa bioaktif yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba pathogen dengan cara merusak system metabolismenya. Aktivitas rempah-rempah ini dapat diukur dengan cara uji cakram, yaitu melihat zona bening yang terbentuk dari kertas cakram tersebut.
Menurut Ifdal (2003), pengamatan dilakukan dengan mengukur diameter zona bening yang terbentuk. Besarnya zona bening yang diukur berdasarkan diameter seluruh zona dikurangi diameter isolate bakteri. Uji daya hambat dilakukan dengan teknik cawan “kertas cakram” (paper disk plate). Sebanyak 0,1 ml biakan bakteri target yang telah mencapai jumlah 106 sel/ml disebar merata dengan batang penyebar pada permukaan media di cawan petri. Kemudian ditempatkan cakram kertas yang berdiameter 13 mm di atasnya dengan sedikit ditekan. Pengamatan terhadap zona hambat dilakukan setelah diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30oC. Daya hambat diukur berdasarkan diameter seluruh zona dikurangi diameter kertas cakram.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI