Meski AI mampu menjadi alat produksi konten yang kuat, banyak pihak memandang penulisan sebagai sesuatu yang bisa digantikan dengan teknologi. Akibatnya, penulis sering dihadapkan pada penurunan upah dan kurang mendapat apresiasi yang layak.
Namun, ada beberapa hal penting yang perlu diingat. Meski AI bisa menghasilkan teks yang terstruktur dan mudah dipahami, beberapa hal lain seperti nilai artistik, emosi manusia, dan sudut pandang pribadi masih tak tergantikan. Sayangnya, sulit untuk membuat orang lain melihat, apalagi menghargai itu semua.
Lahirnya Konten tanpa Jiwa yang Hanya Mengejar Optimasi Mesin Pencari
Salah satu dampak kontroversial dari adopsi AI dalam penulisan konten adalah munculnya konten yang dangkal dan terasa kurang bermakna.
Demi memenuhi persyaratan algoritma mesin pencari, banyak konten diciptakan hanya dengan tujuan mengoptimalkan peringkat SEO tanpa memperhatikan nilai substansial atau orisinalitas. Hal ini menciptakan tantangan dalam mempertahankan kualitas konten yang seharusnya menjadi tujuan utama dalam dunia penulisan.
Selain itu, AI juga masih sering berhalusinasi. Sebagai contoh dalam kasus brainstorming. Saat pengguna meminta ide konten, ide yang ditawarkan terkadang jauh dari realita saat ini. Bahkan, tidak sedikit dari ide-ide tersebut yang tidak lebih dari delusi imajinatif yang terlalu dibuat-buat.
Jika penulis memaksa mengeksekusi ide tersebut, tidak sulit untuk menebak hasil akhirnya. Hampir bisa dipastikan, pembaca tidak akan merasa relate apalagi terhubung dengan tulisan yang dibuat.
Fenomena seperti ini tidak hanya terjadi dalam dunia penulisan konten. Dunia penulisan buku pun mulai merasakan dampaknya. Bahkan, tidak sedikit penerbit yang mulai kewalahan menghadapi banyaknya karya tulisan bermutu rendah hasil buatan AI.
Eksodus Penulis ke Profesi Baru
Seiring dengan popularitas teknologi AI generatif dan perannya yang mengguncang lanskap industri konten, sebagian penulis memilih untuk lompat ke industri lain yang tidak ada hubungannya dengan dunia kepenulisan sama sekali.
Banyak mantan penulis memilih bidang yang punya kemungkinan lebih kecil untuk diusik AI. Harapannya, mereka dapat bertahan lebih lama di bidang tersebut dan tidak lagi kehilangan pekerjaan karena teknologi kecerdasan buatan.
Meski demikian, perlu diakui bahwa perubahan dalam industri konten tidak hanya menciptakan tantangan tetapi juga peluang. Banyak penulis beradaptasi dengan kemajuan teknologi ini dan menemukan jalan ke arah profesi baru.
Profesi yang berkaitan dengan AI banyak dicari. Beberapa pekerjaan baru bermunculan. Misalnya saja seperti mengelola dan mengawasi algoritma AI, melakukan editing dan kurasi konten yang dihasilkan oleh AI, bahkan ada yang menjadi pendidik dalam penggunaan AI dalam kepenulisan.