Di jaman yang serba kompetitif ini, kebutuhan akan personal branding sangat urgen. Branding diri merupakan proses membangun dan menjaga citra atau reputasi diri yang khas di mata orang lain atau publik. Sejatinya branding diri menjadi bagian penting dari aktualisasi dan ekspresi diri yang diidamkan dan nyata. Dengan demikian branding diri lebih dari sekadar penampilan (performance) tetapi siapa kita, apa yang kita tawarkan, dan bagaimana kita ingin dipersepsikan. Membangun personal branding yang kuat bukan lagi pilihan, melainkan sebuah investasi yang menguntungkan di masa depan.
Aktualisasi Diri
Sebagai aktualisasi diri, branding diri bertujuan untuk memenuhi potensi terbaik dari hakikat kodrati manusia. Dalam konsep psikologis yang dipopulerkan oleh Abraham Maslow, aktualisasi dari adalah dorongan intrinsik seseorang untuk menjadi versi terbaik dari dirinya, untuk memenuhi potensi dirinya. Dalam relasinya dengan aktualisasi diri, maka branding diri berkaitan erat dengan; pertama identifikasi potensi unik. Proses branding diri dimulai dengan introspeksi mendalam untuk mengidentifikasi kekuatan, bakat, nilai-nilai inti, dan passion kita. Ini adalah langkah pertama untuk memahami siapa diri Anda yang "real" dan apa yang membuat Anda unik.
Kedua berhubungan dengan pengembangan berkelanjutan. Aktualisasi diri bukanlah titik akhir, melainkan perjalanan. Branding diri mendorong kita untuk terus belajar, mengasah keterampilan, dan mengembangkan diri. Setiap aktivitas yang kita ikuti, setiap buku yang kita baca, setiap pekerjaan yang kita selesaikan, adalah langkah dalam mengaktualisasikan diri.
Ketiga merupakan bagian integral untuk menjelaskan diri yang "ideal". Faktor penting dari aktualisasi diri adalah memiliki visi tentang diri kita sendiri di masa depan—diri yang "ideal." Dengan memahami diri kita yang ideal, sebuah kesempatan indah untuk kita dalam memaksimalkan potensi, kemampuan dan juga anugerah dalam diri sendiri. Dalam branding diri, kita dapat mengkomunikasikan visi kita kepada orang lain. Kita menunjukkan kepada dunia tidak hanya siapa kita saat ini, tetapi juga siapa yang kita cita-citakan dan sedang kita tuju.
Ekspresi Diri
Sebagaimana kita pahami bersama, ekspresi diri merupakan cara kita menampilkan diri, pikiran, perasaan, dan kepribadian kita kepada publik atau dunia sekitar kita. Hal ini merupakan bagian penting dari korelasi antara manifestasi visual dan verbal dari identitas kita. Dalam konteks branding diri, pertama: ekspresi diri yang "real", menunjukkan diri kita yang otentik, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Sebagai manusia, kita tidak berpura-pura menjadi orang lain. Kejujuran dan keaslian atau otentisitas diri adalah kunci. Orang akan lebih percaya dan terhubung dengan kita jika mereka merasa kita tulus. Misalnya, jika kita seorang individu yang humoris dan kreatif, branding kita harus mencerminkan itu, bukan malah menciptakan citra formal yang kaku jika itu bukan kita.
Kedua merupakan bentuk ekspresi diri yang "ideal". Walau kita harus tetap menjadi diri yang otentik, ekspresi diri dalam branding juga melibatkan kurasi dan penonjolan aspek-aspek diri kita yang paling relevan dengan citra yang ingin kita bangun dan tujuan yang ingin kita capai. Dengan branding diri, kita sesungguh memproyeksikan diri kita yang ideal. Misalnya, jika kita bercita-cita menjadi pemimpin dalam bidang apapun, semisal bidang teknologi. Untuk itu, kita akan secara sadar mengekspresikan diri kita melalui konten, diskusi, dan interaksi yang menyoroti keahlian kepemimpinan dan inovasi.
Tantangan Personal Branding
Membangun personal branding seolah mudah membalik telapak tangan, tapi banyak tantangan yang akan kita hadapi. Seringkali kita berhadapan rasa tidak nyaman untuk “menjual diri”. Banyak dari kita kerap merasa canggung ataupun sombong saat harus mempromosikan diri sendiri. Hal yang patut kita sadari bahwa branding diri bertujuan untuk mengkomunikasikan nilai yang kita miliki. Di samping itu branding diri membutuhkan konsistensi waktu dan usaha. Konsistensi membutuhkan komitmen jangka panjang seiring berjalannya waktu dan usaha yang sudah, sedang dan akan kita jalani.
Dalam era digital saat ini, tantangan untuk membangun personal branding yaitu kemampuan kita dalam mengelola reputasi online. Di era digital, satu kesalahan atau komentar yang tidak tepat dapat merusak reputasi yang telah dibangun dengan susah payah. Etika dalam era digital harus dikedepankan, yakni berselancar dan interaksi online dengan bijak dan penuh kehati-hatian.