Mohon tunggu...
Angel Kwee
Angel Kwee Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ulasan dan Unsur Intrinsik Novel "Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah"

21 Februari 2018   19:18 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:26 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Kalau membahas tentang yang namanya tahun baru cina, pasti identik dengan yang namanya angpao. Kebudayaan Tionghoa yang satu ini dirayakan oleh orang-orang yang merayakan imlek guna mendapat nasib baik. Sebenarnya tradisi memberikan angpao sendiri bukan hanya monopoli tahun baru imlek melainkan di dalam peristiwa apa saja yang seperti pernikahan, ulang tahun, masuk rumah baru, dll angpao juga dapat diberikan sebagai bentuk lambing kegembiraan.

Nah, kalau dari tadi membahas tentang angpao, siapa yang tidak kenal lagi dengan novel "kau aku dan sepucuk angpau merah" karya Tere Liye. Tere Liye sebenarnya hanya nama pena saja nama sebenarnya adalah Darwis. Pria asal Sumatra yang lahir pada 21 Mei 1979 memiliki kehidupan sederhana bersama orang tuanya yang berprofesi sebagai petani. 

Darwis menyelesaikan sekolah dasar dan menengahnya di SDN 2 Kikim dan SMPN 2 Kikim, kabupaten Lahat, Sumatra Selatan. Darwis lalu melanjutkan sekolah di SMAN 9 Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Setelah ia lulus dari sana, ia melanjutkan studinya ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia lalu bekerja kantoran sebagai akuntan. Darwis mulai menulis pada tahun 2005 dengan novel pertamanya blablabla dan sampai sekarang pun Darwis masih berkarya dengan tulisan-tulisannya.

Kembali lagi ke topik awal tentang novel "kau aku dan sepucuk angpao merah" bagi pembaca yang belum membaca novel karya Tere Liye yang satu ini, novel ini bercerita tentang kisah cinta seorang pemuda bernama Borno. Borno diceritakan sebagai seorang yang selalu penasaran dan ingin tahu tentang segalanya namun, saat berumur 12 tahun Borno harus menghadapi kenyataan pahit bahwa bapaknya telah meninggal, sungguh itu merupakan kesedihan bagi sang Borno yang pada saat itu masih kecil. Borno kemudian tumbuh menjadi pemuda yang bertanggung jawab. 

Setelah lulus SMA, Ia lalu berusaha mencari pekerjaan. Dari bekerja di pabrik Karet, sampai bekerja di dermaga feri. Namun saat bekerja di dermaga feri, Borno mendapat perlawanan dari Bang Togar, orang keras kepala dan sok berkuasa, saudaranya juga Ketua PPSKT (Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta). Bang Togar dan para pengemudi sepit beranggapan bahwa Borno telah berkhianat karena bekerja di dermaga feri, dimana kapal feri adalah kendaraan yang sangat dibenci oleh Bang Togar dan para pengemudi sepit lainnya karena kapal feri tersebut telah membunuh kakek Borno juga menurunkan penghasilan mereka. 

Akibat konflik itu, Bang Togar melarang para pengemudi sepit mengantarkan Borno kemana pun, padahal untuk bisa sampai ke dermaga feri, Borno harus menaiki sepit agar tidak terlambat dan hemat biaya. Tapi karena ulah Bang Togar, Borno terpaksa berhenti bekerja di dermaga feri. Kemudian setelah Borno melakukan pembicaran dengan Pak Tua dan Ibunya, Borno yang awalnya tak mau, terpaksa memutuskan untuk bekerja sebagai pengemudi sepit.


Menjadi pengemudi sepit ternyata tidaklah mudah, selain harus belajar terlebih dahulu sebelum benar-benar siap mengemudikan sepit, ia juga harus menghadapi omelan dan perintah dari Bang Togar. Di hari pertama Ia mengemudikan sepit, orang-orang belum mempercayainya, namun, seorang gadis berbaju kuning dengan payung merahnya yang mekar duduk dengan tenang di bangku paling depan sepitnya, melihat itu, orang-orang baru berani menaiki sepit Borno.

"mulutku bungkam, kemarahan Bang Togar rasa-rasanya cukup untuk menelan bulan purnama di atas kami"

Sebelum turun dari sepit, para penumpang menyimpan uang di dasar sepit sebagai bayarannya, namun saat diperiksanya di bawah bangku, bukan hanya uang saja yang Borno dapat, tetapi sepucuk amplop merah yang ia temukan. Dari sinilah cerita cinta Borno dimulai.

Hari-hari selanjutnya, Borno selalu menunggu gadis itu di dermaga untuk mengembalikan amplop merah yang tertinggal, ia yakin amplop itu sangat penting bagi si pemiliknya. Menjelang siang hari ia melihat gadis itu menaiki boat putih, tanpa berfikir panjang Borno mengejarnya, namun saat sepitnya hampir saja menyusul boat yang ditumpangi gadis yang dicarinya, sepit Borno kehabisan solar. Akhirnya, dengan gontai Borno kembali ke dermaga sepit.

Pertemuan pertama dengan gadis yang Borno anggap menawan itu ternyata sangat berpengaruh bagi Borno, entah mengapa setiap hari Borno selalu memikirkannya. Borno selalu meperhatikan gadis itu sampai hafal jadwal si gadis sampai di dermaga lalu Borno menyimpulkan ia harus mengantri di antrian no 13. Dan Benar saja, gadis itu selalu saja menaiki sepitnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun