“Discount up to 50%, all you can eat!” Siapa yang tidak riang ketika mendapatkan voucher bertuliskan runtutan kalimat tersebut?
Tentu saja bahagia rasanya dapat makan dan minum secara leluasa dengan potongan pembayaran 50% dari harga aslinya meskipun dengan waktu yang dibatasi. Seakan-akan rugi apabila tidak mengambil makanan sebanyak-banyaknya, setiap pengunjung restoran all you can eat pasti sudah mempersiapkan diri untuk melahap setiap menu yang disediakan. Namun, pernahkah terpikir, bagaimana jika makanan yang diambil, bahkan sebutir nasi saja, tidak habis? Tentu saja, tidak ada pilihan lain selain dibuang.
Ironis kala melihat kembali data dari The Economist Intelligence Unit pada tahun 2017, Indonesia menjadi salah satu negara yang menghasilkan limbah makanan terbesar di dunia. Fakta ini kembali diperkuat oleh kajian yang disampaikan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bersama dengan beberapa lembaga lain, sampah makanan yang terbuang ada sebanyak 23-48 juta ton per tahun sejak 2000 sampai 2019. Ditambah lagi, dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), sisa makanan menjadi penyumbang persentase terbesar komposisi sampah, yang mana hampir mencapai 47 juta ton dalam skala nasional pada tahun 2021.
Limbah sisa makanan menjadi permasalahan yang sulit terselesaikan. Dampak yang dihasilkan dari sampah makanan ini berpengaruh terhadap ekonomi, lingkungan, juga sosial. Dalam sudut pandang ekonomi, berdasarkan analisis “Kompas”, nilai secara total sampah makanan dalam setahun mencapai Rp 330,71 triliun, yang mana dengan harga ini setara dengan porsi makan 61-125 juta orang. Bagi lingkungan, sampah makanan ketika mengalami pembusukan akan menghasilkan gas metana penyebab gas rumah kaca yang berefek pada pemanasan global.
Partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah penimbulan sampah makanan sangat dibutuhkan. Namun, perkara yang ditimbulkan karena limbah makanan tidak dapat diselesaikan dengan satu waktu secara langsung. Kita bisa memulainya dari hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari, seperti tidak memesan terlalu banyak makanan, belanja kebutuhan memasak secukupnya, dan melakukan penyimpanan makanan di tempat yang sesuai.
Beraktivitas di luar rumah memang menguras tenaga dan untuk mengisi energi kembali, kita biasanya membutuhkan asupan makanan. Ketika tidak membawa bekal, membeli makanan adalah pilihan yang paling efektif. Meskipun demikian, saat memesan makanan terkadang kita tidak dapat mengukur batasan porsi makan sendiri sehingga menyebabkan makanan yang telah dipesan tidak habis dan jadi terbuang. Maka dari itu, hal yang sepatutnya dilakukan adalah membeli makanan secukupnya terlebih dahulu, kemudian apabila masih merasa lapar bisa memesan lagi dengan porsi lebih sedikit. Sebisa mungkin, pastikan bahwa sebutir nasi pun tidak ada pada piring sebagai salah satu bentuk kontribusi kecil dalam mendukung pengurangan sampah sisa makanan.
Sebagai tipe orang yang terbiasa memasak makanan sendiri dan membawa bekal ketika beraktivitas di luar rumah, maka belanja kebutuhan bahan baku pangan diperlukan. Tips dalam membeli bahan-bahan belanja, pastikan ada persiapan. Persiapan yang dibutuhkan antara lain adalah mencatat kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Misal, untuk tiga hari ke depan harus bisa menentukan menu makanan apa yang diminati untuk menjadi santapan sehingga bahan yang dibeli nantinya sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat meminimalisasi pembelian bahan baku makananan yang tidak digunakan, sehingga menjadi salah satu cara untuk mengurangi pembuangan sisa makanan.
Terakhir, bahan baku makanan yang akan diolah di lain waktu, harus disimpan di dalam tempat penyimpanan makanan yang sesuai. Seperti daging, lebih baik dimasukkan ke dalam freezer, atau sayur dan buah yang dicuci dan bersihkan dahulu kemudian disimpan di tempat dengan suhu yang ideal. Harus banyak menggali informasi mengenai sayur dan buah sebelum pergi membeli dan inisiatif menyimpannya. Ada beberapa jenis sayur yang harus disimpan dalam suhu dingin, ada juga yang sensitif terhadap suhu dingin sehingga dapat cepat busuk dan rusak. Jadi, pastikan untuk mencari informasi lebih lagi apabila ingin menyimpan stok makanan supaya menghindari terbuang akibat busuk dan tidak termakan.
Pada akhirnya, kita tahu bahwa minim kemungkinan sisa makanan tidak terbuang. Namun, kita bisa berkontribusi sedikit demi sedikit untuk mengurangi kapasitas sisa makanan yang terbuang. Ingat, segenggam nasi yang terbuang setiap harinya akan berdampak buruk bagi lingkungan untuk jangka panjang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI