Buat ibuku yang muslim, yang setahun lalu telah meninggal. ”Maaf, acara peringatan setahun berpulangnya ibu beberapa hari lalu, aku belum bisa pulang ke jogja , tapi nggak apa-apa, natal nanti aku yang akan jenguk ibu dipemakaman.
Hari ini, aku bikinkan kartu natal bergambar ketupat, aku yang sekarang mengucapkan selamat natal kepadamu, damai dihati dan damai disurga, disana, ya bu.
Sulit membayangkan, jika Ibuku masih ada diwaktu akhir-akhir ini. Ketika dikotomi perbedaan agama semakin dipertegas, dinegeriku yang ber Bhineka Tunggal Ika.Pastinya Engkau akan dicap sebagai orang kafir dan murtad oleh banyak tokoh yang pintar agamanya. Kenapa ? karena selama ini engkau senatiasa mengucapkan selamat natal kepada anakmu, menyiapkan makanan kesukaan tatkala anakmu tiba dari merantau diwaktu natal, dan tatkala kita berkumpul ngobrol dan bercanda dengan riang, dengan se-toples kue kering bikinanmu. Benar-benaraku semua menikmati kebersamaan itu. Sebuah pertemuan yang indah dan engkau rindukan juga kan bu ..?
Jika dihtung-hitung, berapa puluh tahun engkau melakukan itu, demi aku, demi anakmu ? Jika didekati dengan perspektif dunia sekarang, yang akhir-akhir ini ramai diguncingkan di Internet, tentang haramnya, seorang muslim mengucapkan selamat natal, mungkin engkau sudah dikatakan super murtad, aku bikinkan istilah khusus, yang sedikit lebay, karena berapa puluh tahun engku telah lakukan kesalahan yang sama, yang kau ulang-ulang, itu sudah memenuhi syarat dan sudah syah dikatakan murtad lho bu...
Tentunya ini sebuah pergumulan yang sangat berat, antara kewajiban menegakkkan akidah dan mencintai aku yang kristen, sebagai anakmu yang juga titipan Tuhanmu.
Justru dengan pemikiran orang desa, yang engkau miliki, engkau tidak mau dipusingkan dengan dengan dalil yang ribet-ribet, engaku tabrak semua aturan-aturan, engkau tinggalkan rasa takut, engkau hanya tahu, bahwa mencintai anak-- meski berbeda keyakinan -- adalah sebuah keniscayaan, tidak melanggar hukum Tuhan dan tidak berdosa. Engkau juga hanya mengikuti naluri umumnya seorang ibu, yang hanya tahu bahwa simpati itu tidak pernah bisa mengantikan empati, yang jika si anak kelaparan tidak cukup hanya diberikan nasihat.
Kalau pun engkau menjadi murtad dan dicap sebagi kafir, pastilah engkau mempunyai alasan yang kuat, yang membuatmu tetap gagah bertahan, engkau lebih memilih jalan cintanya seorang ibu untuk anaknya, itulah jihadmu ibu.
Ibarat seorang anak yang terlahir difabel, seorang ibu pasti lebih memilih mencurahkan segenap perhatian bagi anak yang berbeda itu, karena tentunya lebih butuh perhatian dibandinglan saudaranya yang normal, bukan justru tinggalkan atau membuangnya karena malu... ?
Dengarkan ya bu, aku ingin membisikan sesuatu bahwa aku : " I love you Fulll....", aku bangga punya ibu muslim, karena dari situlah aku melihat cahaya imanmu yang luar biasa, Akidah dan agamamu yang semakin tegak dan kokoh, tanpa perlu meyebut ayat.
Selamat Hari Ibu