Target pemerintah sehubungan pendapatan dari pajak terus naik padahal kecenderungan potensi masyarakat yang beralih pekerjaan dari sektor formal ke informal cukup besar.
Hal ini sangat erat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, investasi dan perkembangan dunia usaha. Faktanya pertumbuhan ekonomi di awal tahun 2020 masih tergolong lambat.
Perspektif lainnya adalah kemunculan transportasi online merupakan bagian dari pesatnya kemajuan inovasi perusahaan start up, kemudian mengundang daya tarik bagi para investor untuk menyuntikan dana.Â
Jika era keemasan start up mulai pudar, investasi di bidang start up akan ikut tersendat lantas hengkang. Ketiadaan investor besar yang mau memberikan dananya akan menutup ruang gerak perusahaan start up layaknya para operator transportasi online. Ketika hal itu terjadi nasib para mitra selaku pengemudi ojol turut menjadi pertanyaan pula keberlangsungannya.
Ancaman lainnya adalah perubahan core business dari perusahaan itu sendiri. Gojek maupun Grab sudah mengakui jika persaingan di bidang transportasi online semakin berat.Â
Bahkan pendapatan terbesar yang disumbangkan tidak berasal dari ojol melainkan dari transaksi keuangan. Jika perusahaan operator lebih memilih model bisnis yang menguntungkan, keberadaan pengemudi ojol juga terancam.
Pekerjaan pemerintah untuk bisa menggenjot perekonomian sehingga pasokan tenaga kerja yang melimpah dapat tertampung cukup berat. Tetapi hal itu bukan berarti mustahil karena pemerintah juga memiliki cara untuk bisa menggerakan perekonomian nasional, hanya saja tantangan dan persaingannya tidak mudah.
Pengemudi Ojol dan Ketertiban Masyarakat
Minat masyarakat terhadap transportasi online cukup tinggi, karena transportasi online macam ojol menawarkan kemudahan, terutama dalam hal antar jemput.Â
Satu sisi juga masih menggambarkan bahwa masyarakat Indonesia belum terlalu tertarik kepada transportasi umum layaknya bis. Karena terkadang akses dari perumahan ke halte membutuhkan usaha lebih, harus jalan kaki atau menggunakan ojol dari rumah ke halte.